Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana, Menembus Ruang Pesisir

24 Oktober 2022   10:25 Diperbarui: 24 Oktober 2022   11:14 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal-awal bergabung, Kompasiana begitu tabuh di daerahku. Bahkan bisa dapat dihitung berapa jumlah orang yang bergabung. 

Belakangan pertanyaan tentang bergabung dengan kompasiana terus saya dapati. Apa itu kompasiana?, sama tidak dengan kompas? benefit apa yang diperoleh? hingga label penulis kompasiana selalu tersematkan. 

Hal yang menarik ialah ketika beberapa artikel anggitan kompasianer menjadi bahan primer pemberitaan lokal. Misalnya Kompasianer Wuri Handoko. Artikelnya belakangan menjadi sebuah sumber primer tentang perkampungan yang hilang di Kota Ternate. Atau Bang Tony Syiariel yang kemudian mulai di kenal sebagai Putra Tobelo Halmahera.

Pun dengan kompasianer Faisal Yamin, adik saya, puisi dan artikelnya menjadi bahan utama mahasiswa Keguruan. Terposting di blog-blog. Beberapa kali dibacakan dalam acara sastra.

Nama Kompasiana dan Artikel bernahas Kompasianer mulai merambah di wilayah timur. Banyak saya lihat artikel Kompasianer dibagikan di Medsos.

Intensitas itu belakangan mulai terlihat. Sebuah pertumbuhan dan ketertarikan mulai menjadi konsumsi masyarakat. Kompasiana mulai merambah pesisir timur Maluku Utara. Pun dengan artikel yang belakangan mengulas sisi tersembunyi Maluku Utara.

Memang patut diakui juga keeratan dan jalinan komunitas masih belum baik. Niat besar membangun komunitas yang terhimpun dalam Kompasiana masih terbatas pada jumlah kompasianer. 

Bagi saya, itulah apresiasi pada HUT ke-14 Kompasiana untuk event KJOG. Apresiasi pada kompasiana tidak hanya sebagai platfrom yang berhimpun banyak orang-orang hebat dengan anggitan artikel yang mengigit. 

Lebih dari itu, bagi saya yang sudah lima tahun bergabung, Kompasiana adalah bagian tak terpisahkan mengawal arus informasi bahkan sampai ke pelosok. 

 Secara benefit sudah banyak diperoleh baik materi maupun non materi. Kisah Manis di Kompasiana, saya masuk dua kali nomine Citizen Jurnalism. Walau tidak atau belum menang, itu sudah membuat nama sedikit dikenal di daerah. Walau jumlah artikel yang di produksi tak seproduktif Kners lain. Ketekunan dan disiplin Kners luar biasa. Ratusan hingga ribuan sudah. 

Bergabungnya saya dengan Kompasiana 2017 silam dengan tujuan belajar. Dan itu didapatkan seiring perjalanan. Niat paling utama adalah mengekspos Maluku Utara. Saya mengakui masih banyak yang harus di munculkan tentang daerah satu ini. 

Arus Informasi dan Edukasi Penulisan

kekakuan atas informasi adalah momok di timur. Berita-berita lokal yang condong pada politik lokal, kinerja pemerintahan adalah konsumsi utama di ranah publik.

Kompasiana hadir sebagai itikad dari solusi arus informasi nasional. Konsumsi artikel-artikel nasional lewat anggitan Kompasianer banyak saya temukan dalam diskusi. Menjadi rujukan-rujukan dalam membangun paradigama. Tentu kontribusi artikel para Kompasianer turut memberikan informasi dan pengetahuan.

Arus informasi yang kaku pada awalnya kemudian melebur. 

Di beberapa kabupaten ketika saya berkunjung, saya selalu memasarkan Kompasiana sebagai ranah aktualisasi diri, menyebarkan informasi. Mengajarkan cara membuat akun dll. Itu semua dilakukan semata-mata untuk mendorong seseorang agar mampu menerbitkan artikel yang kadang di tolak oleh medi-media lokal. Dan sebagai media pembelajaran di dunia tulis menulis.

Saya percaya, bahwa mereka mau menulis. Mau berbagi. Namun ketatnya penyaringan artikel di media lokal, penolakan-penolakan dengan konteks ketidakbebasan menulis artikel dengan gaya tertentu menjadi persoalan.

Dan, itu saya temukan berulang-ulang kali. Artikel yang dianggit pada akhirnya lapuk didalam berkas laptop atau handpone. 

Beberapa hal menarik lain adalah ketika banyak yang sadar bahwa gaya menulis tak sekedar opini kaku yang termuat di media sosial. Melihat banyaknya gaya menulis di Kompasiana banyak dari mereka kemudian belajar dari sini.

Dorongan untuk menulis di Kompasiana selalu saya berikan utamanya kepada Mahasiswa. Mereka yang ragu-ragu mempublikasikan tulisan kemudian termotivasi menulis. Hasilnya, walau sebagaian belum mampu mendaftar tetapi kiriman-kiriman artikel kepasa saya untuk diberi masukan selalu masuk.

Pada intinya, Kompasiana menjadi sebuah role of model. Dari sisi informasi, telah nampak konsumsi artikel yang dianggit oleh kompasianer. Selain itu, dari sisi kepenulisan, gaya dan metode lain dari menulis kemudian banyak dipelajari. 

Saya juga patut berterima kasih uatamanya Kompasianer. Lewat mereka saya dapat memenuhi kelangkaan buku di rumah baca. Beberapa dari mereka dengan luar biasa menyumbangkan buku seperti dari Mbak Fatmi S Dan Bang Tony Syiarial. Pun dengan komunitas Inspirasiana yang luar biasa. 

Selamat HUT Kompasiana ke 14. Sukur dofu-dofu)

#salaminspirasi

#salam pesisir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun