Dan, tidak semua warga punya kendaraan bermotor. Kalaupun menyewa motor milik orang kampung, biaya sekali angkut juga cukup mahal yakni sepuluh ribu rupiah. Bukan untung tapi buntung. Biaya operasional produksi kadang tidak seimbang dengan pendapatan bersih.
Hasil panen musiman dari kelapa, cengkih, dan pala merupakan cerminan dari perputaran ekonomi yang begitu lambat. Sehingga setiap kali ada kesempatan meraup rupiah maka kesempatan itu tidak disia-siakan. Bahkan untuk anak sekolah sekalipun utamanya SMP dan SMA. Mereka juga turut menghasilkan uang sebagai buru panggul, menciptakan kelompok kerja; memanjat kelapa, memaras kebun, mengeluarkan kayu dll.Â
Buru panggul di desa selain mengangkut material proyek, juga mengangkut bahan belanjaan kios milik penduduk kampung. dibayar lima ribu rupiah satu unit. Begitu pun dengan mengeluarkan hasil panen dari kebun semisal Kopra.Â
Kehidupan tentu berjalan sangat keras. Uang susah didapat. semua pekerjaan menghasilkan harus dikerjakan. Tetapi sekeras-kerasnya kehidupan di desa, masih ada norma dan nilai yang melekat begitu erat. (sukur dofu-dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H