Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahu Perkasa Pria Pesisir

24 September 2022   14:24 Diperbarui: 28 September 2022   07:32 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu ABK yang berdiri di depan, memegang jangkar sembari menunggu instruksi juragan. Kapal memutar arah, belakang kapal diundurkan. Merasa tepat, jangkar dilepaskan. Dua lainnya berenang ke tepian membawa tali bandar sisi kiri dan kanan. Diikat pada pohon agar saat berlabuh kapal tidak terbawa arus dan tetap stabil. 

Raungan mesin dimatikan. Sekelompok pria yang sudah menunggu, mengikat kepalanya memakai baju. Melepas alas kaki, lalu terjun ke lautan. Menuju arah samping kapal. Berjejer menunggu giliran. Empat orang masuk kedalam kapal, bertugas di dalam. Selebihnya, basah-basahan.

Pekerjaan dimulai, mereka sedang Baburu; menjadi buru sehari. Hari ini mereka mereka menjadi pekerja bayaran. Bahu pria-pria pesisir ini digunakan untuk mengangkut material proyek dari kota. Semen, besi, kayu, dan tripleks harus diangkut dari kapal menuju daratan. Mereka akan dibayar jasanya dengan sistem perunit yang diangkut ke daratan. Hari ini bayarannya sepuluh ribu per sak semen.

Desa pesisir yang jauh dari kata berkembang memiliki berbagai keterbatasan. Salah satunya ketersediaan bahan-bahan bangunan. Semua dibeli dari kota. Diangkut menggunakan kapal laut. Lalu menggunakan jasa penduduk setempat untuk menurunkan barang dari kapal.

Kontraktor menggunakan jasa mereka dengan menghitung setiap bantalan semen yang tertadah dibahu. Sekali didrop, material semisal semen bisa mencapai seribu sampai dua ribu sak. 

Metode lain yang juga biasa digunakan dalam kesepakatan kerja sama selain dibayar per-sak ialah borongan. Berapa pun yang diangkut tetap dibayar dengan harga yang sudah disepakati. Misalnya, kesepakatan seribu sak dengan pengangkut sepuluh orang maka biasanya dipatok dua juta rupiah hingga dua juta lima ratus ribu rupiah. Hasil akan dibagi merata kepada sepuluh orang tersebut.

Tentu jumlah rupiah yang diperoleh sangat sedikit dengan volume barang yang diangkut. Sakit badan? Tentu saja. Namun sedikit atau tidak jumlah rupiah yang dibawa pulang merupakan rezeki yang harus disyukuri. Dapat digunakan beli beras dan keperluan rumah tangga. 

Tentu tidak setiap hari mereka menghasilkan uang. Profesi kebanyakan penduduk di desa pesisir utamanya di timur ialah nelayan dan petani musiman. Pendapatan akan diperoleh ketika hasil-hasil panen bisa terjual ke kota. Pendapatan akan meningkat jika harga sedang bagus-bagusnya begitupun kebalikannya. 

Proyek-proyek yang masuk ke desa memberikan peluang penambahan pendapatan. Selain sebagai buru angkut, biasanya masyarakat juga mengumpulkan pasir dan batu disekitar proyek untuk dibeli kontraktor. 

Lainnya juga akan menjadi diajak menjadi pekerja. Pasir dan batu yang dikumpulkan seminggu dua minggu itu biasa dibeli dengan mahar tigaratus hingga tiga ratus lima puluh ribu rupiah.

Bahu-bahu pria pesisir itu perkasa. Pikul memikul sepertinya menjadi kekuatan utama. Sebagai petani, hasil panen di kebun biasanya akan dipikul ke kampung. Tidak menggunakan kendaraan. Percuma jalan tani di sebagian jalur belum tersedia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun