Kehidupan ku dengannya yang kekurangan itu justru membawa banyak kebaikan bagiku saat ini. Utamanya pelajaran hidup yang selalu ia tanamkan pada kami.Â
Aku bisa membanggakan keluargaku. Sampai sejauh ini, tak ada satupun yang berkelahi atas harta peninggalannya, tak ada satupun dari kami yang saling dengki, benci atau marah-marahan dan memutus silaturahmi. Tidak ada itu semua.
Didikannya yang keras menutupi kekurangganya di mata keluarga. Penyayang dan penuh dedikasi. Dan aku akan selalu berterima kasih dalam wujud doa-doa yang aku panjatkan.
Pelajaran darinya menjadi prinsip hidup yang sekarang selalu aku tanamkan.Â
*
Ia menghela napas. Kopi yang sedari tadi tak di sruput diraihnya. Sekali tegukan habis. Aku hanya memperhatikannya dengan seksama.
"Sejauh ini, hanya itu yang perlu ku bagi," ujarnya.
Aku hanya menoleh dan tak mau memaksanya menceritakan lebih lanjut. Aku sudah cukup memahami pria yang barusan aku kenal di warung pojokan ini. Namun bagiku, ceritanya ini adalah manifestasi dari orang-orang hebat.Â
Ia hebat, terlebih kakek dan keluarganya. Orang-orang yang tidak peduli lantaran hidup tidak harus di pertanggungjawab kan kepada manusia, melainkan kepada Tuhan sang pencipta. (Sukur dofu-dofu)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI