Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makanan "Kabong", Sajian Mewah di Meja Makan ala Masyarakat Maluku Utara

3 September 2022   12:03 Diperbarui: 4 September 2022   15:52 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan Kabong, begitu masyarakat menyebutnya. Kabong adalah bahasa pasar yang berarti kebun. Penyebutan ini bisa berbeda jika memakai bahasa suku di Maluku Utara. Tetapi umumnya, lebih merujuk pada Kabong.

Dari namanya saja tentu sudah ada gambaran. Makanan Kabong merupakan berbagai makanan hasil kebun. Pisang, kasbi, ubi, sayur bunga pepaya, sayur lilin, dan lain-lain.

Komposisi makanan Kabong beragam, menjadi satu paket yang disajikan di atas meja makan. Komposisi terbaiknya ialah papeda atau popeda, ikan bakar, goreng, kuah kuning, ikan garo rica, ikan woku, ikan kuah rempah, kua soru, kua bening, kacang panjang, sayur kangkung, terong, dabu-dabu; sambal dan sambal colo-colo, serta sagu lempeng. 

Makanan Kabong adalah identitas yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat di timur khususnya di Maluku Utara. Turut serta menjadi konsumsi pangan yang mengiringi kehidupan masyarakat. Konsumsi pangan lokal jauh sudah dipraktikkan turun temurun. 

Belakangan konsumsi pangan lokal menjadi kajian strategis ketahanan pangan. Ke mana kaki pun kaki melangkah, di kota maupun di pesisir pulau, makanan Kabong sangat mudah ditemukan, entah di rumah atau di warung makan khusus makanan Kabong.

Makanan Kabong juga turut mengawali jalannya kebudayaan di Maluku Utara. Makanan ini selalu tersaji dalam acara-acara seperti nikahan, acara adat, wisudawan, dan selamatan.

***

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sabtu dan Minggu merupakan dua hari di mana makanan Kabong sering tersaji di meja makan. Pasar-pasar tradisional di dua hari ini sangat ramai di serbu pelanggan. Pedagang yang berjualan di hari ini biasanya lebih banyak, bahkan bisa sampai ke jalanan. Pergerakan ekonomi di pasar benar-benar terasa.

Di dua hari ini, jualan pedagang paling banyak ialah bahan-bahan hasil kebun yang diperjual-belikan selain dari ikan, seperti sudah harinya komoditas ini akan laku. Di dalam, di luar, hingga di sudut-sudut pasar dapat dengan mudah kita temukan. Tinggal bagaimana konsumen pintar memilih.

Makanan Kabong adalah sajian makan siang, sehingga harus di masak lebih awal. Banyaknya komposisi mengharuskan kegiatan memasak dilakukan pagi hari sekira jam 9-10, tergantung dari mereka pulang berbelanja.

Uniknya, makanan Kabong 90 persen rebusan, sehingga pisang, ubi, kasbi, semuanya direbus dan bukan di goreng. Sajian lain yaitu kacang panjang, sayur bunga pepaya, daun bunga pepaya disajikan mentah alias menjadi bahan lalapan.

Ibu-ibu akan memasak semua bahan itu satu persatu. Jika sudah begini, tidak boleh diganggu dan harus stand by untuk di suru-suru. 

Mula-mula, di masak dulu yang paling berat, ikan bakar utamanya. Kemudian direbus bahan-bahan seperti pisang dan lain-lain, membuat sambal, kuah, dan lain sebagainya.

Menu makanan kabong. (Dokumentasi pribadi)
Menu makanan kabong. (Dokumentasi pribadi)

Jika semua bahan ini sudah di masak, maka sajian paling akhir yang diolah adalah papeda. Di timur, orang makan papeda harus panas, sehingga yang satu ini paling akhir diolah. 

Semua bahan makanan bisa saja sudah tersaji di atas meja, akan tetapi jika pepeda belum tersaji maka proses makan siang belum akan di mulai.

Dan ketika sudah tersaji, maka makan siang pun di mulai. Semua makanan ini akan dilahap penuh kenikmatan dan pecah suar tentunya. 

Menariknya, jika ada dari teman, tetangga yang mengetahui lalu diajak, maka seketika itu pula ia akan datang tanpa membuang waktu. Terlambat sedikit tak dapat apa-apa. Kadang juga di-post untuk bahan gaya-gayaan dan mengundang ngiler yang lain. 

Diajak makan adalah salah satu kebiasaan dalam acara makan Kabong ini. Siapapun itu. Mau di kontak HP atau kenalan atau tetangga.

Dalam praktiknya, orang sering berbagi antar tetangga. Rumah yang membuat makanan kebun akan selalu memisahkan bagian kepada tetangga yang diantar sendiri. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dalam pergaulan sosial, selain di santap, ada hubungan kekerabatan yang terjalin. Kita bisa mengundang siapa saja untuk datang dan menyantap bersama-sama. 

Bahkan ketika tuan rumah tahu jika ada undangan dari salah satu anggota keluarga buat teman-temannya, maka makanan yang disajikan akan dilebihkan.

Tak tanggung-tanggung, tuan rumah akan stand by memasak lagi papeda jika tamu belum datang. Walaupun porsi sebelumnya sudah habis. 

Acara makan-makan adalah acara makanan Kabong, yang biasanya dilakukan pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Di mana semua orang tidak punya kesibukan lebih, sehingga keluarga dapat berkumpul.

Makanan Kabong merupakan budaya makan orang timur utamanya di Maluku Utara. Dulu makanan ini hanya disajikan pasa acara-acara tertentu atau di rumah. Namun sekarang bertransformasi ke ranah bisnis rumah makanan.

Kesibukan dan pandangan instan merupakan beberapa faktor pendorong berdirinya bisnis ini.

Bisnis rumah makan papeda, dalam 10 tahun terakhir berkembang dengan pesat di Maluku Utara. Banyak rumah makan yang berdiri dengan menu yang sama. Perbedaannya hanya pada kualitas dan rasa. 

Tak ikut ketinggalan, beberapa hotel dan resto di Ternate khususnya, menjadikan menu ini sebagai segmen pasar. Menu makan siang. 

Kita sangat gampang menemukan rumah makan ini. Jika berkunjung ke Ternate, bisa langsung ke pasar Gamalama. Namun jangan telat, lewat jam satu siang, makanan ini sudah habis diserbu, terutama di jam-jam kantor.

Uniknya, hampir semua rumah makan menerapkan pola yang sama. Harga hanya dihitung berdasarkan berapa banyak satuan papeda yang di konsumsi. Satuan sama dengan satu bokor atau baskom kecil untuk 3-4 orang yang dibanderol 30 ribu-40 ribu. Dan satuan lainnya ialah ikan bakar. 

Harga ikan bakar sesuai kondisi harga ikan di pasar. Selebihnya, menu lain, gratis. Makan sepuasnya dan tidak dihitung. Rugi? Tidak. 

Menurut penuturan salah satu teman justru untung. Menutupi biaya belanja bahan makanan. Rugi jika ikan mahal karena cuaca atau kondisi. Selebihnya tetap sama. (Sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun