Makanan Kabong, begitu masyarakat menyebutnya. Kabong adalah bahasa pasar yang berarti kebun. Penyebutan ini bisa berbeda jika memakai bahasa suku di Maluku Utara. Tetapi umumnya, lebih merujuk pada Kabong.
Dari namanya saja tentu sudah ada gambaran. Makanan Kabong merupakan berbagai makanan hasil kebun. Pisang, kasbi, ubi, sayur bunga pepaya, sayur lilin, dan lain-lain.
Komposisi makanan Kabong beragam, menjadi satu paket yang disajikan di atas meja makan. Komposisi terbaiknya ialah papeda atau popeda, ikan bakar, goreng, kuah kuning, ikan garo rica, ikan woku, ikan kuah rempah, kua soru, kua bening, kacang panjang, sayur kangkung, terong, dabu-dabu; sambal dan sambal colo-colo, serta sagu lempeng.Â
Makanan Kabong adalah identitas yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat di timur khususnya di Maluku Utara. Turut serta menjadi konsumsi pangan yang mengiringi kehidupan masyarakat. Konsumsi pangan lokal jauh sudah dipraktikkan turun temurun.Â
Belakangan konsumsi pangan lokal menjadi kajian strategis ketahanan pangan. Ke mana kaki pun kaki melangkah, di kota maupun di pesisir pulau, makanan Kabong sangat mudah ditemukan, entah di rumah atau di warung makan khusus makanan Kabong.
Makanan Kabong juga turut mengawali jalannya kebudayaan di Maluku Utara. Makanan ini selalu tersaji dalam acara-acara seperti nikahan, acara adat, wisudawan, dan selamatan.
***
Sabtu dan Minggu merupakan dua hari di mana makanan Kabong sering tersaji di meja makan. Pasar-pasar tradisional di dua hari ini sangat ramai di serbu pelanggan. Pedagang yang berjualan di hari ini biasanya lebih banyak, bahkan bisa sampai ke jalanan. Pergerakan ekonomi di pasar benar-benar terasa.
Di dua hari ini, jualan pedagang paling banyak ialah bahan-bahan hasil kebun yang diperjual-belikan selain dari ikan, seperti sudah harinya komoditas ini akan laku. Di dalam, di luar, hingga di sudut-sudut pasar dapat dengan mudah kita temukan. Tinggal bagaimana konsumen pintar memilih.