Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Euforia Menyambut Kemerdekaan RI di Desaku

9 Agustus 2022   16:40 Diperbarui: 9 Agustus 2022   16:46 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Bola Voli kelas anak Muda (Dok. Faisal Yamin)

Sore itu, hujan mengguyur, lapangan menjadi becek namun dua tim yang sedang bertanding tak menurunkan tempo permainan.

Sorak sorai dan gelak tawa penonton sesekali terdengar walau rintik hujan keras menghantam atap-atap rumah. Warga sebagai penonton setia tidak membubarkan diri. 

Berteduh di teras rumah, samping rumah hingga membawa payung hanya untuk menyaksikan pertandingan Voli antar RT di desa ku.

Di hari-hari lain, atau dalam seminggu belakangan. Lapangan desa menjadi begitu meriah. Warga desa tak pernah absen datang menonton pertandingan yang diselenggarakan oleh pemuda desa.

Mulai dari lomba balap karung, gigit kerupuk, gigit leper;sendok, bola voli, sepakbola hingga domino dan literasi. Mulai anak kecil hingga dewasa turut serta berpartisipasi.

Anak-anak sebagai peserta lomba menjadi pihak yang paling bersemangat. Tak jarang, mereka mengikuti semua mata lomba yang tersedia.

Keluguan dan kelucuan yang ditunjukan anak-anak selalu menjadi tontonan yang menarik bagi warga desa. Setiap gerak-gerik yang mereka lakukan selalu menghadirkan gelak tawa. 

Lomba balap karung (Dokumentasi, Faisal Yamin)
Lomba balap karung (Dokumentasi, Faisal Yamin)

Para orang tua tak mau diam. Selalu memberikan support kepada anak-anak mereka agar mampu menyelesaikan lomba atau minimal bisa lolos ke babak berikut untuk bersaing memperbutkan juara.

Ibu-ibu biasanya paling heboh. Teriakan-teriakan mereka kadang mengundang gelak tawa penonton. Sahut-sahutan antar orang tua pun kadang menjadi tontonan yang menarik. Tidak ada saling maki, saling caci atau yang bermuara negatif negatif. Melainkan sekedar saling bercanda diantara mereka.

 Anak-anak biasanya akan terpacu dan serius mengikuti perlombaan tersebut ketika mendapat dukungan morio dari orang tua. Sehingga ketika gagal, tak ada anak yang menangis atau ngambek.

Pemandangan ini memberikan saya sebuah kesan bahwa kepercayaan diri, keberanian, pengetahuan pada diri setiap anak akan terbentuk lewat dukungan orang tua yang kuat.

Tanpa sadar, ada sebuah pelajaran bahwa kehidupan akan berjalan sangat keras dan kompetitif di masa depan. Sehingga mental dan kesiapan diri dipersiapkan lebih dini.

Lomba Gigi Leper (sendok). (Dokumentasi Faisal Yamin)
Lomba Gigi Leper (sendok). (Dokumentasi Faisal Yamin)

 Tak ada yang lebih indah dari kasih sayang orang tua kepada anaknya. Itulah gambaran lain yang saya tangkap dalam setiap perlombaan yang diikuti anaknya. 

Apapun keputusan anaknya kedepan, akan selalu ada harapan, dorongan dan doa yang dihaturkan orang tua. Dan jika gagal, akan selalu ada rumah tempat mereka kembali.

Selain lomba yang diikuti anak-anak, lomba untuk anak muda dan ibu-ibu juga tersedia. Jika tidak, maka penyelenggara dan panitia siap menerima konsekuensi. Kuping bakalan penuh dengan omelan.

Salah satu lomba favorit ibu-ibu ialah lomba bola voli. Tak ada yang lebih menarik dari lomba ini setelah lomba Qasidah.

Lomba ini akan diadakan per-RT. Sehingga  ibu-ibu akan mempersiapkan segala hal untuk dapat berpartisipasi. Bahkan, baru mendengar atau membaca edaran pendaftaran sebelum pertandingan saja mereka sudah melakukan persiapan.

Biasanya, di desa, olahraga bola Voli sangat jarang dimainkan. Kecuali pada hari-hari tertentu saja. Keterlibatan ibu-ibu pada hari biasa pun cenderung kurang lantaran rutinitas mereka yang sangat sibuk.

Namun ketika menjelang pertandingan, ibu-ibu akan selalu hadir di lapangan sekedar untuk latihan. Kostum pun sudah jauh-jauh hari disiapkan. Begitu juga dengan tim, mereka biasanya mix dengan remaja perempuan.

Pertandingan bola Voli ala Ibu-ibu (Dok. Faisal Yamin)
Pertandingan bola Voli ala Ibu-ibu (Dok. Faisal Yamin)

Pada hari pertandingan, mereka hadir layaknya pemain profesional yang sudah melalang buana mengikuti turnamen-turnamen elit. Dan ketika pertadingan, permainan yang ditunjukan begitu meriah.

Gerak-gerik mereka selalu mengundang tawa; tak kuat memukul, saling ejek, tertawa, lompatan tak sampai, adalah beberapa kelucuan yang di tampilkan. Kalau sudah begini, penonton pasti tertawa terpingkal-pingkal.

Mereka memang bukan pemain profesional. Namun dengan adanya lomba seperti ini, sudah sedikit membuat senyum ibu-ibu mengembang. Ada hiburan lain yang dinikmati.

Pekerjaan mereka sebagai petani dan ibu rumah tangga dan hidup di desa membuat mereka sangat sibuk. Tak ada waktu santai apalagi berlibur atau jalan-jalan ke Mall-percuma tak ada mall. Jika mau harus nyebrang ke kota. Hiburan satu-satunya adalah suara pemain sinetron dari TV yang terpasang di rumah.

Tentu jika ibu-ibu ikut, maka bapak-bapak juga tak mau kalah. Baik rumah tangga muda maupun yang sudah lama akan ikut berpartisipasi. Yah, walaupun kadang pertandingan bapak-bapak tak ramai penonton sih. 

Entahlah apa para istri sudah bosan melihat suami-suami mereka? Atau kah sudah tak sesipek waktu jaman pacaran dulu;perut sudah buncit, rambut sudah memutih dan tak seganteng dulu? Hanya mereka yang tau.

Pertandingan Voli Bapak-bapak (Dok. Faisal yamin)
Pertandingan Voli Bapak-bapak (Dok. Faisal yamin)

Pertandingan Bola Voli kelas anak Muda (Dok. Faisal Yamin)
Pertandingan Bola Voli kelas anak Muda (Dok. Faisal Yamin)

Sealin itu, kategori muda-mudi juga turut serta mengikuti pertandingan ini. Jika mereka main, biasanya banyak penonton dan agak serius. Aksi-aksi pukulan seperti pemain-pemain pro.

Sementara pertadingan lain yang juga digelar ialah sepakbola dan pertadingam domino. Yang terakhir ini babnya anak muda sampai yang tua. Sebab, salah satu hiburan warga utamanya pria saat malam hari selalu dihabiskan dengan bermain domino.

Pertandingan demi pertadingan di atas merupakan sajian hiburan yang sangat jarang dilakukan di desa saya, Desa Mateketen, Kabupaten Halmahera Selatan, terkecuali perayaan hari-hari besar kenegaraan atau lomba antar RT.

Hidup di deda memang memiliki kendala keterbatasan salah satunya kemeriahan dan hiburan. Detik dan menit berjalan lebih lambat dari gerak perkotaan.

Pekerjaan mayoritas sebagai petani yang dilakukan dari pagi hingga sore adalah rutinitas utama warga. Sehingga ketika tak ada aktivitas di desa maka kesunyian menjadi teman abadi.

Memasuki  Hari Kemerdekaan RI Ke-77 yang masih beberapa hari lagi  diperingati merupakan peluang guna menghidupkan desa dari kekakuan aktivitas. Inilah yang kemudian mendorong pemuda desa menyambut hari kemerdekaan dengan menginisiasi membuka berbagai macam lomba.

Pemuda desa sendiri adalah himpunan terdiri dari laki-laki atau perempuan yang belum menikah. Biasanya berisi anak muda yang berada di desa, yang baru selesai kuliah dan mengabdi di desa dengan berbagai macam profesi.

Hidup tidaknya desa berasal dari inisiasi yang mereka lalukan di desa. Dan, kali ini ketika seorang Kompasianer bernama Faisal Yamin memimpin, terbilang cukup sukses. Begitu pun dengan wajah-wajah segar anggotannya yang cukup lihai mengeksekusi komitmen.

Ilmu organisasi yang pernah dipelajarinya di kampus diterapkan kedalam organisasi. Utamanya manajemen organisasi pemuda yang digawanginya.

Sudah beberapa kegiatan dilakukan dan menyambut hari kemerdekaan ini, selain pertandingan di atas, tak lupa juga mereka hadirkan lomba literasi. Yakni, menulis cerpen dan puisi bagi anak sekolah. Sebuah langkah yang patut di apresiasi.

Apapun itu, nasionalisme menjadi catatan penting di desa. Walau tertinggal pembangunan dan tidak banyaknya pilihan namun rasa cinta dan nasionalisme selalu menjadi terdepan. 

Pertandingan demi pertandingan memang hanya sebatas euforia yang dilakukan di hampir seluruh penjuru negeri akan tetapi turut memeriahkan hari kemerdekaan merupakan bagian terpenting dari mencintai NKRI. (Sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun