Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Laut, Cinta, dan Kurban

9 Juli 2022   10:16 Diperbarui: 10 Juli 2022   08:42 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana speedboat yang renggang tanpa penumpang. (Dokpri)

Masih terlalu dini untuk menyambut pagi, namun masyarakat yang hendak melaksanakan Idul Adha di kampung halaman, utamannya ke Pulau Makian sudah mengantri di pelabuhan penyebrangan Bastiong Kota Ternate.

Berbondong-bondong mereka menyesaki speed boat yang merupakan moda utama menjangkau pulau dengan jarak tempuh 3-4 jam ini. 

Mereka datang lebih awal. Pukul 4 ketika mayoritas warga kota masih terlelap tidur, mereka sudah standby di pelabuhan. Menunggu speedboat sandar ke dermaga. 

Ketika tali tambat perahu sudah terikat, rebutan naik ke speedboat terlihat mengerikan. Siapa cepat naik, dia dapat tempat duduk. Jika sudah dapat tempat, haram hukumnya berdiri atau sekedar turun membeli cemilan. Sebab akan hilang tempat.

Dua tiga hingga berapapun speedboat yang tersedia hari itu akan penuh dan over kapasitas. Kejadian unik ini akan ditemukan menjelang H-2 hingga H-1 menjelang lebaran.

Rebutan naik dan mendapatkan tempat agar cepat sampai seperti tidak mengindahkan kapasitas yang mampu di muat speedboat. Rata-rata kapasitas speedboat yang beroperasi mencapai 60-80 orang. Namun di saat seperti ini, bisa membludak hingga 100 lebih. 

Masih dalam hitungan orang. Belum barang bawaan yang ikut dibawah. Sehingga speedboat benar-benar kelebihan muatan.

Kejadian Jum'at kenarin merupakan salah satu dari kebiasaan yang sudah sering terjadi. Bahkan hingga pukul 1 siang, masih overload penumpang. 

Speedboat akan bolak balik hingga penumpang selesai diangkut. Biasanya hingga dua kali bolak balik. Namun uniknya, warga yang mudik tak mau menunggu. Sehingga ada kesempatan naik, walau tak mampu lagi menampung penumpang tetap di ikuti.

Speedboat yang kembali lagi dari pulau ke kota mengangkut Penumpang (Dokpri).
Speedboat yang kembali lagi dari pulau ke kota mengangkut Penumpang (Dokpri).

Over kapasitas ini sudah sering membuat geram petugas pelabuhan. Alhasil, speedboat yang hendak berangkat kadang tidak diijinkan. Namun semakin lama ditahan atau semakin lama speedboat berada di pelabuhan, semakin banyak pula penumpang yang naik. 

Walau pemilik kapal atau kapten dan petugas memakai cara kasar untuk menurunkan penumpang, tetap tidak berefek. Saat petugas lengah, penumpang naik lagi.

Selain itu, strategi paling umum digunakan kapten ialah, agar di izinkan berlayar, penumpang yang duduk di atas speedboat dipkasa turun ke dalam dan berdesak-desakan. sehingga hanya atap speedboat kosong. Stelah inspeksi, kapal sudah menuju lautan dan lepas dari pantauan petugas, barulah penumpang naik kembali.

Namun, jika pada kondisi mudik lebaran seperti sekarang. Walau tidak seramai lebaran Idul Fitri, kondisi over kapasitas tetap dibiarkan berlayar. Beberapa sumber mengatakan sudah final eksekusi antara pemilik kapal dengan petugas. Entah apa maksud mereka.

Penumpang yang sudah tak bisa naik dan menunggu speedboat berikutnya (dokpri)
Penumpang yang sudah tak bisa naik dan menunggu speedboat berikutnya (dokpri)
Kejadian Jumat kemarin ditenggarai karena informasi tentang pelaksanaan sholat Idul adha yang berbeda tahun ini. Di Ternate, Tidore dan beberapa Kabupaten lain 60 persen penduduk sudah menjalankan Shalat Idul Adha pada hari ini (Sabtu, 9 Juli). 

Pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan pelaksaan dilaksanakan hari ini; Sabtu, telah mendorong masyarakat yang hendak melaksanakaan shalat Id di kampung dengan keluarga, berbondong-bondong pulang. 

Sementara pantauan di hari ini, Sabtu, masyarakat yang melaksanakan shalat Idul Adha pada hari Minggu, nampak kosong dan renggang di pelabuhan speedboat. Penumpang dengan leluasa menempati ruang kosong speedboat.

Suasana speedboat yang renggang tanpa penumpang. (Dokpri)
Suasana speedboat yang renggang tanpa penumpang. (Dokpri)
Fenomena ini hanyalah wajah klasik setiap kali warga hendak mudik. Pada memomentum Idul Fitri, jumlah penumpang lebih membludak. Apa yang digambarkan di atas hanya 20 persen dari proses mudik di Idul Fitri. Atau hanya separuh.

Menariknya, walau masalah klasik, perbaikan masih sangat lambat. Memang ada beberapa armada yang sudah menjangkau pulau-pulau terpencil misalnya ke pulau Makian. Namun dukungan infrastruktur jalan yang tidak memadai menyebabkan warga yang berbeda kampung tak ikut moda transportasi tersebut.

Jauh dan ribet adalah fakta utama. Jalan di pulau ini baru sebagian kampung saja, sementara di desa laij beluk tersentuh. Sehingga jika mengikuti moda tersebut mereka harus menempuh perjalanan darat berjam-jam dengan kondisi jalan "kebun" yang harus di lewati. Belum lagi akan ribet jika membawa barang kebutuhan dari kota.

Di sisi penumpang, lebaran di kampung adalah bentuk cinta, walau harus dilalui dengan pengorbanan. Mereka tetap pulang walau kondisi laut, cuaca bahkan moda transportasi tidak mendukung. Sehingga apapun halangannya, pulang menjadi harga mati. (sukur dofu-dofu). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun