Aliran sungai cukup deras namun sesosok pria tua dengan yakin melempar umpanya. Air kecoklatan dihadapan tak mengurungkan niatnya memancing. Empat joran mulai dari joran bambu hingga joran moderen ia jejerkan di tepian.Â
Menunggu ia sembari sesekali melinting tembakau yang ditaruh di kantong kresek dan  meracik umpan bermacam-macam yang dibawa. Dari cacing, jeroan hingga pelet.
Sorot matanya pun tak lepas dari pelampung pancing. Jaga-jaga jika umpanya di makan ikan.Â
" Sudah dapat pak," tanyaku.
"Belum dek. Makan pun tidak," sahutnya sembari mengudut rokok lintingan tembakau dengan santainya.
"Sudah berapa jam mancing,"Â
"Kira-kira satu jam," jawabnya membuatku kaget. Sejam belum juga pesta strike. Pantas saja, ketika menemuinya sedari tadi, tak satupun kulihat ada ikan.Â
"Biasanya sering seperti ini ya pak," tanyaku.
"Sering. Bahkan hingga berjam-jam baru dapat 1 atau dua ekor. Kadang tidak sama sekali bahkan mancing dari siang sampai menjelang magrib," jelasnya.
"Kenapa begitu pak," tanyaku penasaran sembari mengambil posisi duduk berhadapan.