"Kita punya banyak tanaman obat yang tersebar hampir diseluruh Nusantara. Dari Aceh sampai Papua. Tanaman obat ini sudah turun temurun digunakan warga dengan berbagai cara seperti ritual dan adat bahkan yang berbau mistis sekalipun,"Â Ujar salah satu dosen sewaktu diskusi di Bogor.
Pokok pemikirinnya ini membawa saya pada realita di lapangan Khususnya di Maluku Utara. Di hampir penjuru provinsi ini, orang-orang secara turun-temurun menggunakan tanaman obat sebagai penyembuh ampuh berbagai penyakit.
Walaupun dunia medis berkembang sangat pesat dengan berbagai kemajuan teknologi tetapi praktek pengobatan tradisonal menggunakan tanaman obat yang sangat mudah ditemukan di sekitar pemukiman masih dipraktekan hingga saat ini.Â
Penggunaan tanaman obat yang dipraktekan secara tradisional di Maluku Utara sangat mudah ditemui terutama baik di daratan Halmahera hingga di Kota sekalipun.
Di sini mereka menyebutnya "Rorano"atau ramuan tradisional seperti pala, cengkih, Jahe, akar kayu, batang kayu hingga dedaunan. Belum ada data pasti soal sejak kapan Rorano ini digunakan namun dipercayai telah hadir secara turun temurun.Â
Rorano atau ramuan tradisional merupakan ramuan yang terdiri dari berbagaj jenis rempah maupun jenis bahan lain yang bersumber dari alam diolah menjadi satu. Tujuan penggunaannya macam-macam.Â
Dari imunitas hingga mengobati berbagai jenis penyakit seperti liver, hernia hingga kemandulan sekalipun. Atau dari penyakit ringan semisal demam hingga berat.
Proses hingga menjadi Rorano memerlukan beberapa tahapan dan tidak sembarangan dilakukan. Apalagi oleh orang awam yang hanya tau dari mulut ke mulut.
Ada berbagai ritual maupun prosesi yang mengawali.  Paling penting dari prosesi ini, tukang obat atau orang yang biasa meramu Rorano dalam proses mengambil bahan utama terlebih dahulu meminta izin kepada alam hingga memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk kesembuhan.
Proses meminta izin kepada alam sering di sebut basililoa. Di mana mereka meminta izin kepada alam untuk mengambil daun, batang hingga akar. (1)
Proses ini kadang sedikit sakral tergantung dari ilmu si peramu Rorano. Banyak yang saya temui misalnya mengambil pada hari tertentu yang di rasa hari baik, berapa banyak; biasanya ganjil, hingga tata cara pengambilan dan doa yang harus diucapkan sebelum memotong atau memetik.
Di berbagai daerah tata cara pengambilan dan Basililoa tentu berbeda karena masing-masing suku memiliki metode yang berbeda-beda yang diterima secara turun temurun.Â
Pun dengan komunitas yang sama atau suku yang sama, memiliki metode yang berbeda-beda dalam tahapan pengambilan sampai pengobatan.
Walaupun begitu, Proses Siloloa ini menjadi yang utama dalam meramu Rorano. Bagi saya sendiri prosesi sililoa, merupakan sebuah adab yang menunjukan keseimbangan antara alam dan manusia. Menjaga alam dengan cara menghormati si pemilik alam maupun unsur hidup dari tanaman itu sendiri.
Bayangkan saja, hanya untuk memetik daun atau menyayat sedikit batang kulitnya, seseorang harus meminta izin terlebih dahulu pada pohon tersebut atau pada tanaman tersebut.Â
Sementara di sisi lain, banyak orang dengan begitu entengnya membabat hutan, mengeruk isinya secara serampangan hanya untuk kepentingan komersil. Pada akhirnya terjadi ketidakseimbangan.
Prosesi selanjutnya setelah mengambil bahan-bahan yang diperlukan kemudian diramu menjadi Rorano. Rorano ini kebanyakan diperas untuk di minum oleh pasien. Namun banyak juga saya temukan bisa dioles atau di uapi kepada pasien. Tergantung berbagai metode yang digunakan.Â
Pengobatan tradisional di Maluku Utara saat ini masih sangat mudah dijumpai. Kepercayaan masyarakat pada obat tradisional yakni Rorano sangat tinggi. Berbagai macam penyakit mampu disembuhkan. Walau harus mengalami berbagai tahapan atau tidak sembuh dalam sekali.
Percaya atau tidak hal ini juga penulis rasakan, beberapa tahun lalu sempat terkena salah satu penyakit, Hernia. Ketimbang melakukan operasi, saya memilih pengobatan tradisional.Â
Saya menuju dataran Halmahera. Seorang teman mengenalkan saya pada kenalannya. Di sana saya tinggal hampir sebulan lamanya. Dan hingga saat ini, saya benar-benar sembuh.Â
Saya dicekoki Rorano seminggu dua kali pada hari-hari tertentu. Rorano itu terdiri dari berbagai jenis dedaunan. Seingat saya ada sekitar lima campuram daun. Saya tidak tau nama ilmiahnya tetapi jika kehutan saya sering sekali menjumpai daun tetsebut.
Walau sudah tau jenis daunnya, tetapi jika dicoba meramu hasilnya tidak sama dan tidak berhasil.
Rorano juga dipercayai dapat menjaga imunitas tubub seseorang. Bahkan di saat pandemi covid sekarang hal ini sangat penting. (2)
Rorani identik dengan mistis namun dipercayai dapat menyembuhkan segala penyakit. Bagi saya, dari mulai proses awal hingga diramu, ada adab-adab, ritual, dan budaya yang dijalankan. Sebuah kondisi dari mempertahankan kebudayaan secara turun temurun. (sukur dofu-dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H