Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jimat Pelekat Jodoh

7 Januari 2022   21:50 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:59 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jimat pelekat jodoh (Jatimtimes.com)

"Saya di beri jimat, katanya biar cepat dapat jodoh," ungkap salah satu wanita berumur 30 tahun sambil cekikan.

Ia menunjukan sebuah kertas bertuliskan bahasa yang sayapun tak paham artinya. Jimat tersebut diberikan oleh ayahnya lantaran sang ayah galau memikirkan anak perempuan satu-satunya lagi belum menikah.

Tawa saya seketika pecah ketika Ia mengungkapkan bahwa ayahnya panik lalu menuliskan jimat tersebut. Ia diperintahkan agar menggunakannya saat mandi. Nanti, para pria ketika melihatnya langsung jatug cinta.

Ceritanya membuat kami tertawa terbahak-bahak. Si perempuan pun tertawa lantaran berpikir jaman sekarang kok masih pakai begituan. 

Ia bukan pertama kali ini dihadapkan dengan persoalan jimat dan sejenisnya. Di kesempatan yang sama Ia bercerita bahwa salah satu tantenya bahkan sampai menyuruh orang pintar "dukun" untuk meramal dirinya apakah Ia sudah dekat dengan jodohnya atau belum. Bahkan saking ngebetnya, Ia di ajak betemu dengan sang dukun.

Ia menolak tawaran tersebut dan hanya tertawa atas setiap kekonyolan yang keluarganya tampilkan. Hingga sekarang, Ia tak memperdulikan Jimat yang diberikan ayahnya tersebut. Ia menggangap itu tindakan syirik. Dan jodoh itu urusan Tuhan.

Kejadian seperti ini juga dirasakan oleh seorang pria berumur 35 tahun. Ia baru saja lulus menjadi PNS. Saya mengenalnya dengan baik. Ia jarang pacaran atau lebih sering ditolak ketimbang di terima.

Katanya, Ia pernah diajak oleh salah satu kawannya ketemu orang pintar. Dan, mereka melakukan ritual seperti dimandikan dan diberi jimat atau dalam bahasa kami "Pakatang" agar aura dan wajah mereka menarik bagi perempuan.

Namun hingga kini jangankan jodoh, yang mendekat aja tidak sama sekali. Ia pun pasrah dan berharap dengan menjadi PNS para jodohnya bisa ketemu. Ia punya jimat sakti yakni Abdi negara. 

Fenomena tentang ini di timur tak terkecuali di Maluku Utara masih menjadi kepercayaan bagi sebagian orang. Cerita-cerita tentang jimat pelekat jodoh ada di mana-mana. 

Saya tak asing dengan ini. Entah berapa kali saya menemukan cerita-cerita tentang kekauratan dan keampuhan "Jimat atau pakatang" oleh mereka-mereka yang dianggap jago menaklukan perempuan.

Dari mereka saya mendengar kata "penakluk perempuan" yang tersemat lantaran bisa menaklukan banyak wanita dengan pakatang yang mereka pakai. Bahkan status sosial begitu melekat di masyarakat. Sehingga terkadang, para orang tua atau anak muda datang berguru agar memperoleh ilmu tersebut.

Saya, tak jarang ditawari oleh orang pintar dengan terang-terangan agar saya mau menerima pakatang yang katanya jika dipakai menepuk pundak perempuan maka mereka langsung luluh dan saya bakal dikejar-kejar. Tentu saja saya menolak. 

Macam-macam rupa mengenai pakatang ini. Entah dari mana sumber ilmunya. Kegunaannya pun berbeda. Ada yang buat mandi, ada yang ditiupkan ke wajah perempuan atau lelaki hingga keanehan lainnya. Muaranya tentu saja biar dapat jodoh atau wanita yang disukai.

Tak jarang pula banyak kasus melibatkan yang satu ini. Contohnya kasus ketika wanita kabur dari rumah atau mereka "bucin"habis-habisan, para orang tua tak jarang menggangap ini sebagai pelet dari pria idamannya. 

Pada akhirnya banyak yang kemudian menuju orang pintar agar anak perempuan atau anak lelaki sekalipun bisa terlepas daru kutukan pelet tersebut.

Pandangan ini juga masih menjadi lingkungan anak muda. Banyak dari mereka sangat percaya bahwa jimat atau pakatang  sangat membantu mendapatkan jodoh.

Tak jarang banyak pandangan masyarakat kota ke masyarakat desa khususnya ke anak muda bahwa mereka tidak sembarangan. Hal ini kebanyakan berlandaskan body shaming dengan melihat wajah anak muda desa yang dekil.

Wajah mereka dianggap sebagai transformasi bahwa mereka mempunyai ilmu semisak jimat dan lain-lain. Padahal, wajah mereka begitu karena kerasnya kehidupan di desa.

Kondisi ini kemudian membuat para pemuda desa yang datang ke kota dari sekedar berkunjung, bekerja dan mencari pekerjaan menjadi terkucilkan. Dijauhi dan dirundung tuduhan.

Pandangan seperti ini menjadi sangat lumrah di Timur. Bahkan bukan hanya saja jimat jodoh tetapi berbagai hal lain yang berbau mistis dan agak kriminal. Bwalaupun diera yang serba moderen saat ini tetapi masih banyak sangat banyak yang percaya. 

Apapun itu segala tindakan yang ditimbulkan menjadi sangat negatif. Apalagi efek dari kepercayaan yang kemudian menimbulkan paradigma di masayarakat. Sukur dofu-dofu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun