*
"Kak, ketemuan yuk" pinta salah satu teman melalui pesan WhatsAap.Â
Kesibukannya sebagai dosen, ketua kelompok tani sekaligus pengacara pada yang mendampingi korban kekerasam seksual di Maluku Utara membuat saya tak bisa menolak ajakannya. Ditambah, sudah hampir lima tahun tidak bertemu. Sebuah kesempatan yang tak mungkin di sia-siakan.Â
Kami pun bertemu pada malam hari, di sebuah cafe. Di depan cafe inilah kami berbagi banyak hal. Utamanya tentang kasus kekerasan seksual yang meningkat akhir-akhir ini.Â
"Saya lihat sekarang sibuk sekali menangani kasus," ujarku
"Iya kak, sumpah saya sampai pusing. Ini saja pas mau kesini, ada lagi laporan kasus yang baru terjadi," keluhnya.
"Lah emang kasus kekerasan seksual tinggi ya di Malut," tanyaku penasaran.
Ia pun menjawab bahwa  Maluku Utara masuk dalam daerah rawan kasus kekerasan seksual dan tertinggi di wilayah timur. Alias daerah merah.Â
Data angka-angka kasus setiap kabupaten/kota di Maluku Utara dijabarkannya secara lengkap yang membuat saya tercengang. Belum sampai setahun, kasus ini meningkat.Â
"Terus sejauh mana perkembangannya," tanyaku.
"Sejauh ini sudah ada beberapa kasus yang diputuskan. Misalnya kasus "Oknum "polisi kemarin yang memperkosa dua remaja di kantor polisi. Namun kak, itu baru satu yang lain masih mengendap. Sekarang saya tangani empat kasus. Begitupun teman-teman lain. Sekarang pun banyak kasus yang mulai menguak namun belum dilaporkan ke polisi" Jelasnya.