Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekolah ke Luar Pulau

7 September 2021   08:07 Diperbarui: 7 September 2021   19:50 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hati-hati jatuh dek,"

Ia menengok tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Terus duduk tanpa menghiraukan orang-orang.

Saya terus memperhatikan gerak-geriknya. Ia berdiri, memutar ke belakang, maju lagi kedepan lalu duduk kembali di tempat yang sama.

Tatapannya ia arahkan pada anak-anak dipinggiran pantai yang asik bermain. Sesekali ia melambai seakan mengenal mereka. 

Ia juga terlihat begitu kagum pada kapal ini. Sebagai anak kecil mungkin saja ia sedang berfantasi menjadi apa atau sedang merasa bangga duduk di depan dan dilihat banyak orang.

"Mau kemana," tanyaku lagi mengakrabkan diri.

"Mau ke pulau itu," sambil menunjuk sebuah pulau besar.

"Saya mau kesitu juga. Terus turun di kampung mana," ujarku.

"Disitu," Ia menunjuk saja tanpa tau di mana ia tuju. Kemungkinan sedang bersama dengan pendamping yang duduk di dalam kapal. Ia hanya mengetahui akan ke pulau tujuan. 

Sesekali saya melihatnya memperhatikan setiap kampung yang disinggahi. Menemukan gambaran tentang kampung asalnya.

"Sudah sekolah?" 

"Sudah," jawabnya.

"Sekolah di mana," tanyaku

"Di Moti,". Sambil menunjuk pulau sebelahnya.

"Libur," 

"Tidak kaka, so masuk. Tapi mau lihat mama ," ujarnya.

Pantas saja pikirku. Ia tak begitu hafal nama daerahnya. Ia bersekolah lain pulau dengan kampung asalnya. Anak berusia sekira sembilan tahun ini kemungkinan tinggal bersama dengan sanak famili yang merawatnya.

Ia hanyalah sebuah kasus yang tiba-tiba mengingatkan saya pada banyak hal. Utamanya pendidikan di daerah kepulauan seperti Maluku Utara.

Hingga kini, masih banyak orang tua yang mengirim anaknya bersekolah di tempat lain dan jauh dari daerah asal. Hal ini lantaran adanya ketimpangan pembangunan utamanya sekolah atau ketersediaan tenaga pendidik.

Faktor lainnya adalah agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan berkualitas dan terbaik ketimbang bersekolah di desa. kemudian menjadi disiplin dan mandiri.

Saya jadi ingat, beberapa hari sebelum melakukan perjalanan, dalam sebuah kanal youtube saya melihat anak-anak publik figur disekolahkan dengan fasilitas luar biasa dengan pendampingan satu anak satu guru. Bahasa yang digunakan pun full bahasa asing.

Tentu untuk membandingkan keduanya tetaplah elok. Sebab kasta ekonomi sudah terlampau jauh. Satu yang pasti semua orang tua menginginkan pendidikan yang berkualitas bagi anak.

Namun saya berandai-andai, jika saja semua kualitas pendidikan seperti ini bisa sampai ke pelosok-pelosok desa, maka  ketercapaian generasi emas dalam memasuki peluang bonus demografi tidak dapat terwujud.

Kualitas pendidikan di desa, utamanya di pesisir memiliki berbagai masalah, mulai dari fasilitas hingga ketersediaan tenaga pendidik.

Masih banyak ketimpangam dalam distribusi pendidik ke pelosok dan kebanyakan menumpuk di kota. Sebuah problem yang hingga kini masih belum mampu dituntaskan.

*

Anak-anak yang bersekolah lain pulau akan tinggal bersama kenalan dekat; orang tua asuh. Dan ada harga yang selalu terselip. Psikologi, dan kasih sayang yang jauh dirasakan. Pada akhirnya membentuk kepribadian. Lembek, kuat atau acuh.

Kadang perihal ini sudah menjadi pemandangam biasa. Setiap orang tua yang memutuskan anaknya sekolah di luar pulau harus mampu meyakinkan anak-anak terlebih dahulu.

Kemudian memperbiasakan anak-anak mereka dengan keluarga yang nanti merawatnya. Setelah cukup terbiasa, barulah para orang tua kembali ke desa. dan ini adalah pemandangan yang sering diliputi kesedihan.

Tangis selalu menyertai. Anak-anak seakan tak rela dilepaskan. Atau terkadang para orang tua mengendap pergi tanpa memberitahukan anaknya. Walau seiring perjalanan anak-anak akan menjadi terbiasa.

Satu hal yang juga saya perhatikan ialah, jika dulu para orang tua  datang mengunjungi anaknya beberapa kali dalam beberapa bulan, sekarang berbeda. 

Intensnya pembangunan transportasi dan jaringan komunikasi, segalanya menjadi lebih mudah. Mereka bida datang kapan saja atau anak-anak bisa kapan saja kembali.

Anak-anak yang di sekolahkan di luar pulau merupakan kondisi biasa yang terjadi di sini. Beberapa dasar sudah di kemukakan di atas. 

Namun apapun latar belakangnya, satu hal yang saya tangkap adalah pendidikan merupakan hal penting yang diusahakan orang tua kepada anak. Apapun kondisi yang dihadapi. Sebab ada harap yang terpatri dalam diri setiap orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun