Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lemahnya Keselamatan Kerja

26 Agustus 2021   13:52 Diperbarui: 5 September 2023   18:58 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini dengan raut sedih saya menyaksikan salah satu teman saya merenggang nyawa di salah satu pertambangan di Maluku Utara.

Foto-foto yang dikirim via Whatsaap hingga nyantol ke Facebook memperlihatkan ia dievakuasi bahkan nampak jelas kerusakan pada tubuhnya. Sedih rasanya, melihat teman sendiri harus bernasib tragis dalam bekerja.

Ia terlindas alat bernama loader bersama seorang lagi. Namun kawan saya tak beruntung. Kejadian terjadi saat keduanya akan melakukan shift. pengemudi loader tak melihat mereka berdua yang berada di belakang. (1)

Kecelakaan ini,  menambah deretan kecelakaan yang terus terjadi sepanjang tahun ini terutama di area pertambangan besar di semenanjung Halmahera.

Banyak para pekerja yang luka-luka dari berat hingga ringan sampai pada tingkat yang paling parah, kehilangan nyawa. Dari pekerja lokal hingha pekerja asing.

Sebuah sajian kengerian yang dikonsumsi publik oleh laporan-laporan media. Bahkan mendapat perhatian khusus dari Kemenaker.

Banyak karyawan yang bekerja pada perusahaan terutama pertambangan, menceritakan bahwa banyak sekali kecelakaan yang mereka alami. Beberapa bahkan menunjukan bekas-bekas luka yang diperoleh. 

Kecelakaan ini juga memicu banyak dari mereka melakukan risegn. Lantaran beban kerja yang berat dan tingkat keselamatan yang rendah. Walaupun memiliki gaji yang begitu besar.

Ada celotehan bekerja di tambang itu keras, siap siap kehilangan nyawa. Jadi jangan manggil-manggil bos. Tidak semudah itu.

Memang tidak semua perusahaan pertambangan di Malut mengalami kejadian serupa. Ada beberapa yang sudah menerapkan proses ketat dalam bekerja terutama K3 dan jarang terjadi kecelakaan. 

Tetapi, ada juga perusahan yang terus menerus mengalami kejadian kecelakaan kerja. Perusahaan yang sudah melakukan proses eksploitasi penambangan biasanya memiliki tingkat keamanan kerja yang tinggi. Berbeda dengan perusahaan yang baru melakukan eksploitasi dengan syarat yang harus dipenuhi yakni adanya smelter.

Inilah yang kemudian mendorong pembangunan gila-gilaan dan intens. Dalam proses pembangunan inilah kecelakaan-kecelakaan tersebut terjadi. Bisa dibilanh hanya berfokus pada produkso dan abai pada hak-hal pekerja.

Intensitas kecelakaan kerja menandakan ada yang salah dalam sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di sebuah perusahaan.

Padahal UU telah mengamatkan pentingnya penrapan K3 karena merupakan hak dari para pekerja. Sebab menurut UU ketenagakerjaan telah tegas mewajibkan pihak persahaan (pemberi kerja) agar memberikan perlindungan terutama kesejateraan, keselamatan dan kesehatan mental dan kesehatan fisik.

Ada hal yang unik yang menjadi catatan saya setiap kali menemui kawan-kawan yang bekerja di pertambangan. Terutama tambang yang sering mengalami intensitas kecelakaan. Di mana banyak dari mereka mengalami penurunan berat badan yang dratstis. 

Diakui mereka bahwa pekerjaan yang mereka lalukan cukup berat dengan beban kerja yang tinggi. Tak jarang mereka sedikit mengambil lembur.

Tentu penerapan K3 membutuhkan komitmen yang harus terus dievaluasi. Walaupun dalam setiap insiden kecelakaan pihak pemerintah daerah baik Provinsi maupun kabupaten selalu melakukan evaluasi dan audit tetapi hasil rekomendasi hanya berupa teguran dan tidak ada sangksi yang memberatkan karena beberapa dalil.

Padahal ini seharusnya menjadi catatan. Jika terus diberikan teguran tanpa sangksi maka pihak perusahaa, pengelola dan pihak ketiga akan selalu abai dan tetus mengejar pembangunan maupun produksi tanpa menerapkan hak-hak para pekerja.

Penerapan sanksi adalah tindakan tegas kepada pemberi kerja terutama para pemberi kerja yang kadang dalam melakukan perekrutan minim memberikan pelatihan atau penerapan standar dan memiliki kualifikasi tertentu.

Selama ini, banyak pekerja mengatakan ada unsur ketidaksinergi antara manajemen perusahaan dan pihak ketiga (kontraktor) dalam penerapan K3. Walaupun hak-hak lain masih menjadi perhatian serius kontraktor akan tetapi perihal keselamatan kerja sering di abaikan.

Ketidaksesuaian manajemen antara kedua bela pihak tenti berdampak pada evaluasi dan monitoring yang lemah. Padahal, perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan memiliki perangkat vital dengan klasifikasi pekerjaan berat dengan alat-alat berat sebagai penunjang.

Lemahnya evaluasi dan monitoring berdampak pada pengawasan yang lemah terhadap aktivitas pekerjaan para pekerja. Sehingga abai pada standar operasional prosedur yang berdampak pada kecelakaan yang tak terhindarkan. 

Olehnya itu agar mencegah kejadian ini terus terjadi sepanjang tahun, maka perlu beberapa tindakan ketat yang harus diperhatikan bersama. baik pemerintah maupun pihak perusahaan pertambangan utamanya di Maluku Utara yang tak henti-hentinya mengalami kejadian kecelakaan kerja.

Pertama, proses perekrutan yang ketat bagi sumber daya manusia yang akan bekerja di perusahaan pertambangan. Kualifikasi dan penerapan pengetahuan dari standar keselamatam harus terus diberikan minimal dua bulan sekali. 

Paling utama memperketat perekrutan pengemudi alat berat yang selama ini menajdi sumber kecelakaan. Dan perlu menekankan penguatan pengawasan teknis dari penangung jawab operasioanl proyek

Kedua, memperkuat kontrol dan pengawasam serta penerapan SOP setiap hari atau setiap aktivitas dari jalannya pertambangan dalam melakukan produksi.  Control dan pengawasan harus dilakukam secara intensif.

Ketiga. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang selama ini menjadi problem dan penyebab dari kecelakaan pekerja yang intens. Untuk satu ini butuh pehatian serius dari semua pihak terutama pemerintah dalam setiap audit dan investigasi kecelakaan.

Tentu semua ini demi upaya perbaikan dan keselamatan pekerja. Sebab tak elok rasanya jika hanya berorientasi produksi dan pengerukan alam namun standar operasional begitu diabaikan yang menjadikan pekerja menjadi korban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun