Dari kampanye politik, lingkungan, sosial, keagamaan, kesehatan dll. Bermacan-macam makna dan tujuan terkandung di dalamnya. Sesuai dengan maksud dan tujuan.
Lantas kenapa harus baliho yang memiliki cost sangat mahal, padahal perkembangan teknologi sudah berkembang. Kenapa tidak menggunakan media sosial dalam melakukan kampanye?
Sebab menurut saya, baliho adalah strategi politik offline, sementara media sosial adalah startegi online. Dan, strategi offline masih dapat diunggulkan.
Sebelum itu, mari kita tengok terlebih dahulu seberapa besar penggunaan media sosial (Facebook, Instagram, Twiteer) oleh beberapa politisi dan pendekatan dalam setiap postingan.
Dari data We Are Sosial, pengguna sosial media Platrom di Indonesia yakni Facebook (130 Juta dengan penggunaan 82%) Instagam (63 Juta jiwa dengan penggunaan 79%), dan Twitter 19.5 juta (kominfo) dengan penggunaan 56%)
Sebagai gambaran, saya hanya akan mengambil beberapa publik figur. Pembatasan ini murni keterwakilan, bukan penegasan atau memberikan dukungan pada sosok tertentu.
Pertama, Anies Baswedan memiliki followers di Facebook (1.8 juta) Instagram (5.1 juta), Twitter (4.2 juta). Mayoritas postingan Anies Baswedan menampilkan kerja dalam memimpin Jakarta.
Dari postingan ini saya menangkap perhatian penuh dari Anies tentang vaksinisasi yang terus di dorong pada warga Jakarta.Â
Berikutnya, Puan Maharani memiliki followers di Facebook (31 ribu) Instagram (525 ribu), Twitter (1.924 ribu).
Menariknya Ketua DPR RI fokus pada platrom Instagram dan Twitter ketimbang Facebook di mana banyak postingan menyasar kaum muda dan kerja-kerja sebagai Ketua DPR RI.