Pandangan negatif dan cap "wanita murahan" melekat dengan erat. Bahkan banyak dari mereka utamanya para pria, memanfaatkan dirinya sebagai pemuas napsu dengan dalil pacaran.
Hingga sampai pada suatu titik ketika ia memakai untuk terakhir kali, ia sadar. Bahwa apa yang ia lakukan telah merusak segala-galanya pada diri. Waktu yang terbuang, citra diri dan otak yang mempengaruhi jalan pikirnya.
Ia pun berhenti. Menjauh seketika dari dunia hitam tersebut dan memilih menyelesaikan kuliah. Walau sangat berat dampak dari melepaskan seketika penggunaan sabu. Ia bahkan mengakui pada titik tertentu ia sakau dan hampir tewas.
Titik Balik Kehidupan
Waktu yang terbuang, citra diri, dan pemikiran yang terganggu membuatnya mengambil keputusan untuk berhenti.Â
Selama ini apa yang ia lakukan telah menyeretnya menghabiskan waktu percuma. Mengonsumsi sabu membuatnya melupakan banyak hal yang seharusnya ia kejar.
Pun dengan citra diri. Ia berada pada fase di mana setiap kehadirannya akan menjadi buah bibir. Wanita pemakai dan gampangam begitu melekat hingga membuatnya mengalami tekanan batin yang haibat.Â
Ini pula yang mendorongnya menemui psikiater. Untuk mengobati krisis kepercayaan diri yang sedang dihadapi. Ia mengakui cukup efektif. Terutama obat-obat yang ia konsumsi membuatnya sedikit tenang. Walau pada sisi psikologi ia belumlah tuntas.
Sementara kerugian terbesar dari dirinya dan ia anggap sebuah penyesalan besar ialah rusaknya otak yang berakibat pada pola pikirnya yang kacau.
"Satu-satunnya yang membuat saya menyesal seumur hidup ialah rusaknya pola pikir saya," jelasnya sembari memegang kepalanya.
Semua dilema itu ia hadapi hingga ia memutuskan menghadapi dan membayar kesalahanya.