Hingga sejam berlalu, soma atau jaring itu belum selesai diangkat. Mereka kewalahan membuka satu persatu ikan yang terjebak di soma. Pelan pelan dilakukan agar soma tak sobek. Sebab jika sobek, maka tebaran berikutnya dapat membuat ikan lolos.
Kami tetap menyaksikan dari pinggir sembari bercerita betapa hebatnya kekayaan laut ini. Ikan-ikan yang tak pernah memakan umpan ketika dipancing.
Waktu berlalu, matahari sudah mulai pecah. Ikan yang terperangkap semuanya sudah diangkut ke dalam perahu. Semua jaring sudah masuk perahu.
Seorang dari mereka; pemilik perahu dan jaring, memberikan kode ke salah satu dari mereka. Si penerima pesan paham apa yang dimaksud.Â
Ia melompat, mengambil ikan lalu membagikan ke kami yang sedari tadi menonton. Kami dihadiahi dua ekor perorang. Tanpa rupiah yang keluar. Betapa terkejutnya saya, jujur saya saja mematung. Heran.Â
Di sore hari pun mereka kembali melakukan aktivitas menjaring. Ikan-ikan hasil jaring kemudian dijual jika mendapatkan hasil yang banyak. Kemudian dibagikan ke masyarakat jika hasilnya sedikit.
**
Mentari memancarkan kemerahan di kolong langit. Pantulannya diabadikan laut. Menjadi sketsa dalam kanvas kehidupan.Â
Dua tiga hingga lebih anak-anak berlari riang. Melompat ke laut dengan gaya masing-masing. Bapak-bapak tak tinggal diam, berendam, menyeka badan hingga berenang-renang kecil.
Anak-anak muda penyuka senja mulai bermunculan. Di atas pasir pantai hingga di atas talud. Menyaksikan kemegahan ciptaan Allah SWT bernama sunset. Semabari merangkai ide dan rindu perihal senja pada kekasih masing-masing.