Sehingga praktik ini sangat masif dilakukan oleh beberapak oknum masyarakat hingga pihak luar. Padahal, potensi terumbuh karang di sini menjadi prioritas salah satu lembaga sebagai kawasan konservatif karena terdapat beberapa spesies langkah.
Dalam beberapa kesempatan pun lembaga ini turun memeberikan sosialisasi dan pemetaan potensi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya ikan dan segala bentuk coral yang di miliki.
Selain praktik ini, pemanahan ikan juga hampir tiap malam dilakukan. Baik dari desa sebelah hingga masyarakat desa sendiri.Â
Mereka berburu berbagai jenis ikan tak mengenal jenis baik dilindungi ataupun tidak. Besar ataupun kecil. Bahkan, ketika adik saya menampilkan foto beberapa warga yang melakukan praktek memanah dengan ikan yang ditangkap memiliki size yang cukup besar di dalamnya ada ikan yang sudah masuk spesies dilindungi. Yakni Napoleon.Â
Pantas saja, kemarin malam, ketika pulang mancing, ada masyarakat yang mengatakan bahwa mereka berhasil memanah banyak sekali ikan. Yang ternyata di dalamnya ada ikan napoleon.
Praktik memanah ini menyebabkan ikan-ikan menjadi hilang karena terus diburu. Apalagi masif dilakukan setiap malam.
Sungguh sangat disayangkan, sebab selain ikan Napoleon juga beberapa spesies mulai dari ikan dan kerang yang terus di buru salah satunya penyu dan kima.
Kondisi hilangnya ikan-ikan menyebabkan masyarakat umumnya menjadi korban. Keluhan yang mereka lontarkan menjadi tidak kuat karena tak ada regulasi ketat agar tidak melalukan praktik yang merusak terumbuh karang maupun habitat di dalamnya.
Alhasil, ulah beberapa oknum ini menyebabkan mereka harus susah payah memancing hanya untuk mendapatkan satu atau dua ekor ikan.
Pertanyaan kemudian adalah bagaimana dengan anak cucu meteka esok hari? Apakah cerita kejayaan terumbuh karang dan potensi ikan hanya menjadi tinggal cerita, "Dulu ikan banyak sekali, bahkan bermodal huhate di pinggir pantai sudah bisa strike banyak ikan"?