Kehadiran laki-laki saat proses penggorengan di yakini dapat mempengaruhi hasil kue. Yakni kue akan berbentuk (maaf) kelamin pria.
Heran kan? saya saja heran. Dan faktanya memang benar demikian. Beberapa kali saya melihat langsung bagaiaman kue tersebut terbentuk karena kehadiran laki-laki.
Sayapun tak paham kenapa demikian. Bahkan minim informasi kenapa seperti itu. Namun menurut kepercayaan kue tersebut milik para wanita dan sedikit ada unsur mistis. Apalagi hanya disajikan pada hajatan-hajatan.
Rasanya yang khas dan jarang ditemui adalah faktor kenapa kue ini begitu diburu.Â
Di pasar tradisional sendiri mencari kue ini sangatlah susah. jika ketemupun harganya cukup merogoh kocek. Bayangkan saja perbuah dibanderol seharga 5.0000 rupiah. Apa tidak merogoh kantong. Walaupun begitu, kue ini selalu habis tak sampai sejam.
Kue Andara merupakan salah satu bentuk dari kearifan lokal yang hingga saat ini masih terus dibuat. Kue turun temurun tanpa resep neko-neko ini tetap kuat dalam badai perubahan budaya.
Balutan budaya inilah yang membuat kue ini menjaga asa kebudayaan yang terjaga hingga kini. Tentu di berbagai daerah di Indonesia, masih banyak makanan-makanan serupa yang juga unik dari sisi pembuatan hingga penyajian bahkan hingga kepercayaan. Semua bermakna dan memiliki filosofi tersendiri. (Sukur Dofu-Dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H