Kita semua tau, bahwa transformasi pendidikan mulai bergeser ke penerapan teknologi dan meninggalkan paradigma yang oleh Neil Postman disebut tuhan dengan (t) kecil.
Postman mengkritik pola pengajaran siswa yang tidak tuntas dan mematikan ruang gerak; di mana sekolah kehilangan roh kanalisasi diri, etos kesepahaman, ekspresi dan aktualiasi pemikiran.Â
Apalagi, dengan penerapan pendidikan berbasis teknologi siswa hanya diajarkan bagimana belajar komputer dll tanpa mengembara ke masa-masa penciptaan komputer (sistematika pikir, kekebasan berpikir).
Tak bisa dipungkiri bahwa penerapan teknologi dalam sistem pendidikan juga bagian dari arah peradaban dunia, apalagi era ini di mana sebentar lagi skill manusia banyak tergantikan oleh komputer (4.0).
Sehingga, perbaikan dalam mengejar ketertinggalan utamanya penyesuaian sangat penting dilakukan suatu bangsa agar dapat bersaing di masa mendatang.
Boleh jadi, Postman sudah mengaitkan-mengkaji paradigma pergeseran pengajaran dan sistem pendidikan- demikian karena kualitas pendidikan di mana studi di lakukan(Amerika) sudah sangat matang. Sehingga, ia tak lagi mengkaji berapa kekurangan kursi, buku, perpustakaan, kekurangan guru dan atap yang bocor (quantitas)
Tatarannya sudah pada taraf bagiamana pembentukan skill dengan mengakomodir 100 persen pikiran yang bebas dan tidak terkekang oleh sistem pendidikan. Ia sudah berada pada tataran matangnya ideologi dan output.
Berbeda jika Postman menilik mekanisasi pendidikan di Indonesia. Di mana kita masih berada pada tataran mencari ideologi yang sesuai untuk diterapkan. Sehingga dalam perjalannya, hal-hal mendasar (quantitas) masih menjadi permasalahan.
Tetutama, di pedesaan Indonesia yang notabenenya belum mampu menerapkan pendidikan yang berkualitas apalagi sampai pada tataran penerapan teknologi.Â
Apa yang disampaikan postman adalah betapa kajian pendidikan sudah melaju begitu jauh di luar sana. Sementara di sisi lain, kita masih dihadapkan pada tataran dinamika "formulasi" akurat. Bahkan setingkat gerakan pendidikan seperti rumah baca yang melalui jalan berliku.
Bangkit dari Reruntuhan