Samsul bimbang, ia baru saja menerima pesan yang disampaikan oleh salah satu warga desa yang sedang ke kota.
"Sul, papa suruh abis ujian pulang dulu bantu naik kelapa," begitu bunyi pesan dari mulut sang pembawa pesan.
Ia menghela napas dalam-dalam di kamar kos sempitnya di bilangan Akehuda Kota Ternate.Â
Pesan itu seakan menegaskan bahwa dalam keadaan apapun ia harus pulang ke kampung membantu sang ayah.Â
Semua agenda kemahasiswaan harus ia batalkan. Buah kelapa sudah tiba masanya untuk di panen.Â
"Oh saya, nanti habis ujian baru katas (Pulang)," Jawabnya.
Samsul sendiri adalah mahasiswa semester lima yang sedang mengenyam pendidikan di Kota. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara.Â
Selain dia, kakaknya juga sedang kuliah dan sementara sedang menyusun skripsi. Sementara dua adiknya baru duduk di bangku SMP dan SD. Sehingga, ia satu-satunya yang wajib membantu sang ayah.
Ketika semester usai, Samsul kembali. Semua kegiatan ia cancel walau dengan berat hati. Toh, ini juga untuk kepentingan biaya kuliah dia juga.
Sistem UKT yang mengkategorikan sesuai dengan keadaan ekonomi membuat keluarganya harus siap siaga, belum lagi uang kosan dan lain-lain.
Pada kepulangannya, ia tak sendiri. Teman-temannya dari desanya yang sama-sama berkuliah di kota juga ikut kembali dengan tujuan yang sama, membantu para ayah membuat kopra.