Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maaf, Aku Tak Mengenal Ayahku

13 November 2020   02:16 Diperbarui: 13 November 2020   02:28 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia menerima fakta bahwa kehidupan sudah berjalan. Semua sudah takdir. Apalagi sang ibu sendiri sudah menikah dan memiliki tiga anak laki-laki.

Dari ibunya ia tau dimana ayahnya. Berasal dari mana dan keadaanya. Sudah punya berapa anak. Dan berapa umurnya. Namun satu yang pasti, dari cerita ibunya tentang sosok sang ayah ia tak pernah membayangkan sedikitpun. Bagimana sosoknya, perawakannya, kulitnya, warna rambutnya dll. 

Ia hanya bermimpi suatu waktu, ingin menemui sang ayah dan berucap, " Saya anakmu. Terima kasih telah memberi luka pada kehidupan yang saya jalani. Terima kasih pula atas semua pelajaran berharga, lewat ini saya paham apa arti kehidupan"

Kuat namun Rapuh

Tumbuh besar tanpa sosok orang tua terutama sang ayah membuat ia tak mengenal jargon "Ayahku pahlawanku". Baginya jargon itu tak sama sekali ia berarti. Toh ia tak paham semua itu.

Kehidupannya tanpa kasih sayang membentuk ia menjadi karakter yang berbeda. Ia keras kepala dan berpendirian namun sering larut dalam kesedihan. Ia tak percaya diri dari semua lingkungan yang ia hadapi. Bahkan ketika bercerita tentang kisahnya saja, ia menangis tersedu-sedu.

Dayat gampang baper. Sering minder dan merasa dunia tak adil. Setiap masalah yang ia hadapi, disimpan rapat-rapat. Terkadang ia merasa tegar dihadapan lingkunganya namun dibalik itu semua ada sederat masalah yang berjibun. Murung dan berdiam diri adalah satu sifat yang melak erat padanta.

Ia juga gampang percaya sama orang lain. Walau kadang tertipu berkali-kali. Setiap orang yang ia temui dengan sedikit keakraban ia anggap sebagai sahabat yang tak boleh ia sakiti. Walaupun dibalik itu, sosoknya menjadi bahan pergunjingan. Dibicarakan; digosipkan.

Ia memang kuat secara fisik atau terlihat tegar disetiap forum-forum atau diskusi. Tetapi selepas itu, ia kembali dengan begitu banyak tanya pada diri. Psikologinya terombang-ambing. 

Apapun itu, saat ini dayat adalah sosok pemimpi yang mewujudkan mimpinya menjadi nyata. Usahanya meraih mimpi dan terus maju selalu menjadi motivasi. Ia pun sudah menerima semua fakta-fakta tentang dirinya. Walau pada sisi psikologi kadang tak pasti. Satu yang pasti ia adalah sosok kuat yang hebat. 

Lewat kisah hidupnya ia sering berpesan, agar menghormati, menyanyangi dan mengasihi kedua orang tua selagi masih hidup. Sebab, mereka atau kita tak pernah merasakan betapa sakitnya hidup tanpa kata "kasih sayang" orang tua. *(sukur dofu-dofu)

*Artikel ini berdasarkan kisah yang diceritakan Dayat dan sambungan dari artikel "ruang sempit bernama broken home"

"Dayat, Usman dan Dahri adalah nama samaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun