Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keranjang-keranjang Kehidupan

12 November 2020   18:23 Diperbarui: 15 November 2020   05:04 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Penulis saat hendak naik kapal dan seorang pedagang yang menawarkan dagangan

Pedagang-pedagang seperti mereka banyak ditemui di mana saja. Di  pelabuhan-pelabuhan besar di Kota Ternate atau di Halmahera mereka mengais rejeki. Untung dan tak untung tetap dijalankan.

Bahkan setiap kali pulang kampung ke Pulau Makian. Saya juga sering menjumpai pedagang seperti mereka.

Di Pulau Moti ;salah satu pulau yang masuk wilayah administratif Kota Ternate dan menjadi tempat bersejarah tentang keputusan Maluku Utara masuk ke pangkuan Indonesia yang dikenal dengan pertemuan Moti Verboun, juga tempat dimana raja dari empat kesultanan bertemu, juga cukup unik.

Pedagang disini adalah warga lokal yang sebagian besar merupakan suku dari Tidore dan Ternate. Di mana setiap kali speed boat berlabuh karena menurunkan penumpang atau menaikan penumpang, mereka berjejer di samping jembatan dan berjualan.

Dokpri. Transaksi jual beli di Pulau Moti
Dokpri. Transaksi jual beli di Pulau Moti
Penumpang yang hendak membeli tinggal berdiri di atas speed boat atau melangkah ke dermaga. Makanan yang dijual juga hampir mirip dengan umumnya. Yang berbeda ialah jajanan disini bervariasi karena menjual kue-kue tradisonal

Misalnya, nasi jaha, lalampa; nasi disi ikan,dibungkus daun pisang lalu di kukus. Andara (makanan tradisonal suku Makian), dll.

Setelah kapal berangkat, mereka pun akan kembali ke rumah. Dan menunggu kapal lain yang datang. Nasib apes jika cuaca buruk. Sebab kapal tak bisa sandar karena pelabuhan atau jembatan semi permanen tersebut berada dikelilingi karang. Tempat ombak besar mengepung.

Di atas dermaga, setiap perjalanan saya memaknai bahwa hidup harus dijalani secara gigih dan iklas. Mereka telah menunjukan itu semua. 

Saya menyaksikan kehidupan-kehidupan mereka. pertarungan hidup yang mereka jalani. Sepeti para pedagang ikan di Tempat Pendaratan Ikan di Bacan, atau seorang nenek tua renta yang sehari-hari berkeliling naik turun kapal menawarkan tomat atau cabai hanya untuk mendapatkan sekatong ikan agar dijual kembali. Atau seorang nelayan yang kehilangan tambatan karena regulasi dari pemerintah daerah. 

Belakangan, saya mendengar dari seorang kawan, para pedagang ini, khususnya di Kota Ternate sudah ditertibkan dan tak boleh lagi naik keatas kapal dan berjualan. Mereka diarahakan berjualan jauh dari kapal. Apapun itu,mereka adalah orang-orang hebat yang mengais rejeki penuh iklas.

Jangan lupa membeli, walau hanya sebungkus nasi. *Sukur dofu-dofu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun