Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sumur, Sumber Air Penting bagi Warga Desa

11 November 2020   16:41 Diperbarui: 13 November 2020   09:04 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengali parigi juga tidak asal digali. pengetahuan sangat penting tetutama agar air yang dihasilkan tidak asin. Terlalu dekat ke pantai misalnya, air yang dihasilkan ialah salobar (keruh) dan asin. Terlalu Jauh juga demikian. Sehingga ketepatan sangat diperlukan. 

Uniknya, parigi di sini digali tanpa alat-alat modern. Menurut para tetua, mereka hanya menggunakan pacul dan sekop. Serta tangga dari bambu untuk naik dan turun. 

Untuk mengeluarkan material baik tanah maupun batu, digunakan karung yang sudah diikat dengan tali. Pengetahuan mereka didasarkan pada pengalaman atau ilmu orang tua mereka dahulu.

Foto: Dokumentasi pribadi.
Foto: Dokumentasi pribadi.
Setiap dua bulan sekali dilakukan pembersihan. Hal ini lantaran air keruh dan banyaknya material semisal daun dan lain-lain yang sengaja atau tidak sengaja masuk.

Dalam membersihkan sumur, masyarakat juga tak bisa sembarangan. Mereka harus berkonsultasi dengan para orang tua terlebih dahulu. Terutama perihal pasang surut air laut. Selain itu, perhitungan hari juga diterapkan agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Setelah mendapat ijin, tuan rumah pemilik sumur kemudian mengundang beberapa orang agar membantu menggali. Proses penggalian di mulai dengan pembacaan doa yang biasa di pimpin oleh imam mesjid. Setelah selesai barulah satu atau dua orang ditunjuk untuk masuk kedalam.

Penggalian di mulai ketika air laut mulai surut. Pukul 11 siang. Dan karang-karang didepan desa sudah mulai nampak. Karena air parigi mengikuti pergerakan pasang surut air laut. Semakin surut laut, semakin bagus.

Alat yang digunakan juga sederhana. Mula-mula, dikuras telebih dahulu. Setelah dirasa cukup, dua orang akan turun menggunakan tali dan seruas bambu untuk tangga. Alat yang dibawa hanya timba. Air kemudian di kuras hingga melewati lutut. Jika air belum pasang secara sempurna maka akan merepotkan. Karena kita harus berenang-renang kecil terlebih dahulu.

Selain dua orang di dalam, mereka yang tidak masuk juga ikut menimbah air agar cepat kering. Setelah itu, segala bentuk material yang ada di dalam diangkat. Kemudian di gali untuk mengeluarkan lumpur yang mengendap.

Setelah selesai kemudian dinding parigi di sikat lalu di kuras lagi hingga bersih. Saya sendiri pernah sekali ikut turun ke dalam. Hal pertama yang dirasakan ialah sesak napas kemudian sangat lelah setelah selesai. Proses ini memakan waktu 2-3 jam.

 Setelah pembersihan, sumur belum langsung digunakan karena air masih belum layak diminum. Masih menunggu prosesi doa dari para tetua. Sumur akan benar-benar digunakan setelah seminggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun