Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kilometer Empat Lima Puluh

26 Oktober 2020   09:19 Diperbarui: 26 Oktober 2020   09:32 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kilometer empat lima puluh, mobil melaju menaiki tanjakan. Di baris kedua, belakang pengemudi, saya tertegun. Sandaran kursi saya tegakan. 

Sejak semalam, mata saya liar. Tak tidur sejak pukul kosong dua malam. Menyaksikan betapa megahnya jalan tol penghubung daratan Jawa ini. Di Maluku sana, tidak segaris macam ini. Tidak bergelombang macam ombak apalagi berkarang. 

Mobil dipacu di atas 100 KM/Jam. Mulus, walau sesekali, serasa terbang karena hantaman sambungan tol. Rumah, sawah dan petani jadi menu inspirasi. Padi-padi sedang tumbuh, traktor-traktor sedang bekerja dan petani sedang menggarap.

Tak seinci pun terlewati, layaknya orang udik yang pertama kali ke Jakarta. Gedung-gedung tinggi menjulang jadi santapan keheranan. Pun dengan saya, orang udik yang aslinya udik.

Tak pernah lihat hamparan sawah yang begitu luas, walau sudah liat lahan yang 0.5 H. Tak pernah lihat padi menghijau sehamparan jauh mata memandang. Berdecak kagum namun bimbang, kok kita bisa kekurangan pangan?, apakah produksi, produktifitas dan efisiensi selalu menjadi bahan primitif berlabel ilmiah?

Orang-orang kagum mempunyai dua pilihan. Pertama kesan mendalam kedua keraguan menjalar. Saya memilih keraguan menjalar. Apa jadi lahan ini kedepan dengan bebasnya investasi yang nanti masuk?. Akankah Mall, industri, perumahan dan lain-lain mengepung hingga tak lagi tersisa buat menanam padi?. Toh dulunya ini adalah hutan, sebelum akses penghubung di bangun. 

Di kilometer empat kosong lima Jawa Tengah menuju solo, lagi-lagi saya kagum. Pemandangan berbeda, kontras dengan sebelumnya. Sebelum menanjak, sebuah papan petunjuk memberikan peringatan agar pengemudi hati-hati. 

Jalan menanjak ini adalah hasil dari pekerjaan para pengembang jalan tol. Sebuah mimpi menyatukan Jawa secara keseluruhan. Mimpi infrastruktur yang sedang marak di garap oleh pemerintah. Baik Jawa,Sumatera hingga Papua. Konektivitas adalah hal utama guba mendukung perpindahan arus barang dan jasa secara efisien.

Ambisi ini di realisakan dengan milyaran anggaran. Alhasil, gunung-gunung di belah menerobos hambatan. Hebatnya kekuatan manusia meramu ide menjadi kenyataan yang bernilai.

Saya terkesima, di balik kaca jendela mobil. Kiri dan kanan menyajikan pemandangan apik. Rumah-rumah di atas bukit, lereng-lereng gunung, lahan-lahan sawah dan kebun. Yang tak kalah apik ialah,hutan-hutan yang terbabat habis.

Tak ada lagi pohon-pohon besar yang ada hanya tanaman pengganti. Sepanjang jalan mata dimanjakan dengan pembukaan lahan besar-besaran. Baik industri maupun perumahan warga. Jika ada pohon, pun baru berumur sekira 2-3 tahun.

Di perbukitan juga demikian, sudah di isi rumah-rumah warga. Kekawatiran saya hanya satu, bagaimana jika terjadi hujan. Apakah dengan lingkungan saat ini bisa menjamin tidak terjadi apa-apa?

Di Kilometer empat lima puluh juga saya sadar, bahwa ambisi manusia memang tidak terbatas. Namun, sesuatu yang dianggap manusia 'paling tau' sebenaranya tak mengetahui apa-apa. Kuasa Tuhan di atas segalanya.

Tentunya, tak bisa disalahkan. Konektivitas sangat perlu untuk mencapai kata "efisien". Pembangunan demi pembangunan terus di galakan agar negara dan rakyat mendapat untung. Tetapi, pembangunan juga perlu memperhatikan unsur masa depan. 

Sumber daya alam yang tersedia dan bisa di kelola, harusnya menjadi keutamaan dan perhatian khusus. Agar generasi kedepan masih bisa menikmati "upaya" jalanya pembangunan.

#

Solo,25 oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun