Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Pemain Bola hingga Kapten Kapal

26 September 2020   02:27 Diperbarui: 26 September 2020   11:52 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Foto Ilustasi Kapal nelayan di Pelabuhan PPP Bacan

Di balik anjungan, Roland nampak fokus memegang kemudi. Kapal Pole and Line yang ia kemudikan melaju dengan kecepatan 10 knot. Memecah ombah di selat Tanjung Gorango. Selat yang sudah ia kuasai tanpa perlu melihat jarum kompas yang menempel di samping kemudi.

Di singgasananya ini, Roland berharap agar tangkapan esok pagi bisa menutupi biaya yang mereka keluarkan. Apalagi, sudah sebulan mereka tidak melaut karena permasalahan pada kapal. 

Mesin Diesel sempat mengalami kerusakan. Sehingga mereka harus menepi untuk sementara waktu dan melakukan perbaikan. Tentu dengan mengeluarkan biaya yang tak sedikit.

Roland berasal dari Kota Manado, Sulawesi Utara. Ia sudah menjadi kapten kapal pole and line sekira 5 tahun setelah ia lulus dalam ujian klasifikasi kapten untuk kapal tertentu. Ia merantau ke Kabupaten Halmahera Selata 7 Tahun silam tepatnya, tahun 2010.

Bagi Roland, menjadi kapten bukanlah cita-cita ia sesungguhnya. Pria 35 Tahun ini ingin menjadi pemain sepakbola profesional hingga akhir karirnya. Namun karena cedera menghantui, ia mau tak mau melepaskan impiannya dan banting setir menjadi nelayan.

***

Impian Roland di bagikan oleh sang bendahara kapal, Frans, ketika kami memancing di belakang kapal untuk lauk makan malam. Ia menuturkan, sang kapten dulunya ialah pemain sepak bola profesional di Manado yakni Persatuan Sepakbola Manado atau Persma FC.

Ya, klub sepak bola tanah air yang juga terkenal pada masa 90-an dan awal 2000-an. Pemain-pemain seperti Rodrigo Araya dan Firman Utina pernah memperkuat Persma bahkan pelatih sekaliber Benny Dolo juga pernah menukangi keseblasan ini.

Pada periode 2000-an ketika format liga masih menggunakan wilayah timur dan barat, Persma selalu menjadi lawan tangguh bagi Persiter (Persatuan Sepakbola Ternate) bahkan hingga persipura. Saya sendiri, sering loncat pagar stadion hanya untuk melihat keseblasan yang bertanding di Markas Persiter. 

"Kapten itu mantan pemain Persma. Dulu beliau hebat sekali. Pemain sayap yang sulit di jaga.," Ujar Frans

Tubuhnya yang kecil membuat pergerakannya sulit dijaga. Bahkan kata Frans saat itu sang kapten menjadi pemain muda potensial yang diyakini dapat menjadi pemain yang bersinar suatu kelak.

"Kalau kapten tara (tidak) cedera, mungkin sekarang so (so) jadi pemain hebat,".

*

Menjelang malam sehabis santap malam, saya menemui kapten di ruang pribadinya. Di ruangan ini, hanya di tempati ia dan bendahara kapal. Ruangan yang tidak bisa di masuki oleh ABk sembarangan.

"Pak Kap, katanya dulu jadi pemain bola," Tanyaku membuka obrolan.

"Oh iya, dulu masih umur remaja. Di Persma.," Jawabnya

"Berarti dulu sering lawan Persiter," Tanyaku Kemudian. " Iya sempat dua kali. Tapi tara (tara) main," Jawabnya.

Roland pun menceritakan kisahnya dari awal ia bermain sepak bola hingga di tarik masuk ke tim Inti. Ia menimbah ilmu sepakbola di salah satu Sekolah sepakbola di Manado. Kemudian di tarik ke junior Persma sekira tahun 2003 pada umur 17 tahun.

Menjadi pemain bola adalah cita-citanya sejak kecil, bahkan dukungan dari orang tua da keluarga diberikan didapatkan secara full.

"Dulu sepak bola itu paling bergengsi. Semua orang bercita-cita jadi pemain sepakbola. Pokoknya paling top." Ujarnya.

Dengan bergabung ke Tim Junior, katanya, ia menjadi semakin dikenal. Banyak gadis yang bahkan tergila-gila padanya. Ia kadang bersemangat dengan itu semua.

Di Persma Junior ia konsisten menjaga performanya sehingga beberapa tahun kemudian ditarik ke tim Inti dan sempat bermain beberapa kali dari bangku cadangan.

Hingga pada suatu waktu, ia kena tekel lawan dalam laga uji coba saat hendak melawati pemain dari sisi kiri. Lutunya kena sepatu polling lawan dengan keras. benturan itu membuat ia kesakitan dan di tandu keluar lapangan.

" Saya mau lewat itu pemain. Saya kan pemain sayap. Nah pas mau lewat, tiba-tiba dapa (kena) tekel pas di lutut,". ungkapnya

Saat itu usianya sekira 23. Usia produktif bagi pemain sepakbola. Akibat cedera itu,ia terpaksa harus menepi dan melakukan pengobatan. Akan tetapi usahanya sia-sia, lututnya tidak segera membaik seperti semula. 

Satu demi satu tukang urut ditemui namun tidak berhasil. Apalagi pada jaman itu, sistem pengobatan baik di klub dan di Indonesia masih belum maju dan masih mengandalkan tukang urut tradisional. Keadaan itu membuat ia pun pasrah di mengakhiri karirnya di masa muda. 

Di rundung Frustasi dan Melanjutkan Hidup

Usia yang masih muda dengan potensi karir mentereng hilang di depan mata. Cedera yang tak kunjung sembuh membuat Roland tak berdaya. Ia terpaksa gantung sepatu di awal karir sebagai pemain profesional.

"saya waktu itu frustasi. Apalagi pas orang-orang tanya kapan bisa barmaen (main) lagi,". 

Roland frustasi karena keinginan untuk sembuh tak sesuai ekpektasi perkembangan lututnya. Selain itu pertanyaan demi pertanyaan selalu membuat ia stres. Tak jarang Roland melampiaskannya dengan menenggak sopi (minuman beralkohol) dan menjadi pemabuk.

Situasi ini membuat ia terpuruk hingga beberapa lama. Sebelum, salah satu sanak sodara yakni pamannya mengajak ia ke Batam dan bekerja di galangan kapal. Dari sini, semuanya di mulai hingga ia menjadi nelayan.

* 

Roland bekerja di galangan kapal sekira 3 tahun sembari mengambil kurus pelatihan kelautan terutama pelatihan nakhoda. Ia mengambil keahlian mengemudi kapal dengan tonase kecil. Setelah lulus ia kemudian berhenti dan kembali ke Manado dan sempat menjadi kapten kapal nelayan. 

Daerah tangkap yang sering dilakukan di Wilayah periaran perikanan WPP 715 yakni Halmahera Selatan membuat ia ingin menetap di Kabupaten ini. Hingga suatu waktu ia bertemu dengan seorang pemilik kapal yang menawarkan kerjasama agar Roland mau mengemudikan kapal yang baru saja diterima dari pemerintah.

Kesempatan ini ia ambil, dan membawa beberapa abk dari kapal sebelumnya dan beberpa dari daerah sanger dan orang loka seperti Rusdi (sang koki kapal pada tulisan sebelumnya).

Bagi Roland setidaknya ia sudah pernah mencicipi bagimana menggapai cita-cita menjadi seorang pemain sepak bola. Walaupun singkat, pengalaman itu telah memberikan ia sesuatu. Yakni kekuatan. 

Saat ini, ia menikmati pekerjaannya sebagai kapten kapal di kapal pole and line Inka Mina. Ia punya cita-cita bari yakni  bisa menjadi kapten kapal di kapal besar dan mengunjungi berbagai negara.

"Hidup ini singkat, kalau saja saya masih menyesal tentang karir saya mungkin saya so (sudah) jadi gelandangan atau orang tara (tidak) berguna. Jadi torang ( kita) hidup itu terus maju, tara (tidak) perlu lama-lama sedih kalau gagal," Petuahnya ketika akan mengakhiri obrolan malam ini. Terima Kasih, Semoga Bermanfaat. Salam Bahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun