" Hidup yang diawali dengan tekad dan perjuangan akan membawa seseorang menuju kesuksesan,"Â
Si anak kangkung, begitu sematan yang saya berikan setelah mengenalnya lewat cerita yang ia bagi. Jika Hairil Tanjung di kenal anak singkong dan banyak mengisnpirasi maka Husen  adalah sosok yang sama menginspirasi.
Kami berdua, terlibat obrolan di sebuah sudut mall  di Kota bogor  sembari diiringi hujan yang mengguyur Kota. Kota dengan sematan kota hujan selain kota seribu angkot. Sudah kota hujan, hujan pulak. Seakan mempertegas eksistensinya.
***
Pukul 04.00 WIT, ia sudah bangun mendahului mentari pagi. Bersama satu saudaranya, Ramlan atau Alan, bergegas menuju rumah seorang guru, pak Sudirman Yakin, yang juga kepala sekolah di sebuah kampung yakni SD Moiso Kabupaten Halmahera Barat. Dulu, kabupaten ini masih masuk wilayah administrasi Kota Ternate.
Jarak dari rumah mereka tak jauh, hanya 200 meter dan berada di sebrang jalan. Disini, mereka akan menemui ibu dari pak guru, Rusna Barham. Sebelum mengetuk pintu, keduanya masih menunggu di depan rumah sampai sholat subuh selesai.Â
"Kami tunggu sampai beliau (nenek red) selesai sholat baru ketuk pintu," ujar Husen.
Setelah itu, mereka akan di ijinkan masuk kemudian mengambil barang dagangan (kangkung, singkong dan pisang) dan di bungkus menggunakan kain sarung.
Ketiganya kemudian menuju lokasi pasar yang di tempuh dengan berjalan kaki. Jaraknya kira-kira 7 KM. Pasar yang dituju berada tepat di salah satu Perusahan Barito Timber Group. Milik keluarga Prajogo Pangestu. Masih dalam lingkaran keluarga penguasa saat itu, Presiden Soeharto.
Menurut Husen, kegiatan ini mereka lakukan setiap akhir pekan atau hari minggu dan pasar yang dituju bukanlah pasar dalam bentuk fisik yang di pusatkan pada suatu tempat. Tetapi, lebih tepatnya mereka menawarkan barang dagangan di luar pagar perusahaan ke pegawai atau karyawan.
Selain mereka ada juga penduduk lain yang menjual hasil kebun maupun hasil laut di perusahaan.
"Kalau ke pasar lokal lebih jauh, jadi kami bawa kangkung dan jual ke perusahaan saja,". Ujarnya.
Kangung yang di perdagangkan dijual perikat 50-100 rupiah dan biasanya mereka bawa 100 ikat. Selain itu, pisang dan singkong (kasbi) juga mereka jual.Â