Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dunia Berkembang, Selera Berubah, Bisnis Beradaptasi

2 September 2020   10:48 Diperbarui: 3 September 2020   17:20 2884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum kehadiran media sosial, konsumen hanya terfokus pada media penyiaran semisal televisi yang monoton di konsumsi. Akan tetapi, kehadiran medsos telah membuat konsumen memiliki "pilihan-keputusan" yang dalam ekonomi di kategorikan sebagai pilihan konsumen.

Konsumen mempunyai pilihan dan keputusan yang bergantung pada utilitas dan pada garis anggaran yang konsumen miliki. Pilihan ini harus digunakan secara optimal hingga tercapai equlibrium konsumen.

Pilihan bergantung pada pendapatan dan harga barang secara alternatif. Artinya, Konsumen akan mengeluarkan berapa pun dari pendapatannya setelah saving untuk mencapai utilitasnya.

Pendapatan Medsos dan Televisi

Saya tidak paham betul bagaimana sistem perhitungan clickbait dalam medsos dan sistem perhitungan rating pada pendapatan televisi. Akan tetapi sesuatu yang saya pahami ialah bisnis di dalam sektor multimedia ini sangat potensial dan menguntungkan. 

Coba tengok, berapa orang pemilik televisi yang masuk dalam jajaaran orang terkaya di dunia. Berapa banyak saham dan total kekayaan perusahaan. Tentunya sangat banyak.

Salah satu sumber pendapatan baik medsos dan Televisi adalah iklan. Lantas berapakah pendapatan keduanya?

Menurut Nilsen television Audience Measurment (TAM) dominasi penyiaran masih dipegang oleh televisi akan tetapi jumlah konsumsi yang di lihat dari durasi tonton tidak mengalami pertumbuhan dalam 3 (tiga) tahun terakhir. 

Dari survei pada 11 Kota di kuartal tahun 2016 waktu rata-rata 4 jam 54 menit dalam satu hari untuk menonton televisi; dan di kuartal yang sama di tahun 2019 mereka menghabiskan waktu rata-rata 4 jam 59 menit.

Walaupun pada periode Covid-19 per maret 2020 durasi tonton televisi di Indonesia mengalami peningkatan lebih dari 40 menit dari rata-rata 4 jam 48 menit di tanggal 11 maret dan melonjak 5 jam 29 menit per tanggal 18 maret. Dengan rata-rata diikuti oleh peningkatan rating sebesar 13.7 persen (18 maret).

Dari sisi pendapatan, walaupun terjadi peningkatan durasi tonton du Indonesia namun pendapatan dari segi iklan terjadi penurunan. Per pekan pertama April 2020, pendapatan iklan media hanya Rp 4,1 triliun. Pekan kedua, belanja iklan kembali susut menjadi Rp4 triliun dan pada 19 April semakin turun hingga Rp3,5 triliun. (Baca, Alinea Id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun