Infrastruktur telekomunikasi terutama serat optik menjadi sangat penting dikembangkan. Terutama di daerah-daerah terpencil, terluar, dan terpelosok.Â
Dikutip dari Trent Tech Indonesia, Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (Bakti) mengidentifikasi terdapat 340.000 lokasi sektor publik (pendidikan, kesehatan, pemerintah daerah,pertahanan dan ketahanan) serta 150.000 lokasi masih belum tersentuh internet di seluruh dunia.
Selain itu, masih dari sumber yang sama mengemukakan bahwa 95.000 desa masih blank spot yang 5000 desa pedalaman yang belum tersentuh jaringan 2G, 3G dan 4G.Â
Warna yang ditunjukan adalah sebaran dan jangkauan setiap jaringan 2G, 3G, dan 4G hingga yang tidak terdapat jaringan
Dari gambar di atas menunjukan bahwa dari Sabang sampai Merauke tanda merah (4G+) dan orange (4G) memiliki titik populasi keterjangkauan terbesar di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Sementara di bagian timur Papua masih didominasi oleh tanda biru (2G) dan abu-abu alias belum memiliki keterjangkauan sinyal.
Lantas apakah tidak ada kebijakan dari pemerintah?Â
Ada salah satunya gagasan Jokowi tentang Tol Langit yang ingin mengkoneksikan seluruh wilayah terutama di timur yang mengandalkan serat optik Palapa Ring dengan mengalokasikan 4000 Base Transceiver Station (BTS) Telkom dan baru di bangun 500 BTS pada tahun 2019 dan bakalan diselesaikan 3.500 pada Tahun 2020.
Namun apakah berefek? Tentu saja belum. Contoh terkecil di desa saya saja jaringan BTS belum terupgrade ke sistem jaringan 3G hingga 4G. Sehingga hanya bisa digunakan untuk komunikasi biasa yakni menelpon.Â