Sembari memerhatikan proses pembuatan saya mengobrol dengan beliau. Sebab, rasa penasaran saya begitu tinggi.
"ibu dulu di Papaloang ni banyak yang bikin cap tikus to? Sekarang dong masih bikin ka so trd (sekarang masih buat atau tidak)," Tanyaku penasaran
"Allhamdllilah sekarang sudah tidak buat cap tikus. Banyak masyarakat sudah bikin (buat) gula merah. Ada yang bikin (buat) tapi hanya satu atau dua orang," Jawabnya.
"Kalau berani buat cap tikus maka dorang (mereka) pasti dapa (di) tangkap polisi," lanjutnya.
"Berarti semua sudah buat gula merah,"? tanyaku. " iya, hampir semua masyarakat di Desa Papaloang sudah buat gula merah. Tidak tahu kalau di desa Kampung Makian dan Desa Hidayat,". Jawabnya.
Semua masyarakat yang dimaksud oleh beliau ialah dari 100 lebih Kepala Keluarga, 70 persennya ialah petani yang juga pembuat gula merah.
Sembari mengobrol, suami beliau datang membawa air nira yang baru diambil untuk produksi berikutnya. Setelah itu, ia menengok adonan lalu kemudian membersihkan wadah cetakan yang terbuat daru batok kelapa.
Sembari membersihakan batok kelapa, ia mengungkapkan bahwa trik agar gula merah tidak mengeras di wajan ialah cepat-cepat diangkat dan disalin ke catokan kelapa. Jika tidak maka akan mengeras dan tidak bisa lagi dicetak.
"Gula merah kalau sudah masuk ke catokan batok kelapa maka akan cepat kering. Bahkan tak sampai menit sudah kering. Jadi harus cepat-cepat,". ujarnya.