Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dilema Pekerja Pers Jelang Pilkada 2020

1 Agustus 2020   15:30 Diperbarui: 1 Agustus 2020   20:45 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: kotjienkterbang

Dari hasil peliputan, hanya saya dan salah satu wartawan yang mengirim hasil liputan untuk di-Up. Dan 2 wartawan lain dari media berbeda tidak menulis artikel hasil putusan tersebut.

Usut punya usut, oknum wartawan tersebut juga berprofesi sebagai tim suskes pasangan yang kalah dan media mereka bekerja juga pendukung utama si kandidat yang kalah.

Contoh di atas hanyalah secuil wajah keterlibatan media dan oknum wartawan pada momentum politik. Lantas bagaimana posisi menjelang pilkada nanti?

Saat ini, sikap keberpihakan sudah mulai terlihat. Beberapa bulan ini, saya disuguhkan dengan postingan-postingan oknum wartawan di beranda Facebook yang nyata-nyata memunculkan, menampilkan, membela, mengikrarkan kandidat pilihannya.

Di Beranda-beranda grup, juga ditemukan saling adu argumen yang tidak mencerminkan diri sebagai wartawan. Pembelaan dan penghujatan terpampang nyata. Tak jarang hasil adu argumen ini berujung di kantor polisi karena pencemaran nama baik.

Keberpihakan, bahkan menjadi tim sukses adalah kegagalan sistem, di mana peran perusahaan pers sangat dituntut. Pers sebagai arus utama informasi harus terframing dengan kepentingan politis atau kepentingan media sendiri. Hal ini Menyebabkan arus utama informasi ini menjadi timpang.

Pada sisi perusahaan pers, tak jarang lobi-lobi politik dilakukan. Iklan kampanye menjadi sasaran utama. Yap, walaupun ini tidak menyalahi prosedur kampanye nanti. Sebab ada aturan melakukan kampanye melalui daring.

Akan tetapi, kondisi ini juga menunjukan kondisi informasi berat sebelah. Hal ini bukan semata-mata terkaan, sebab selama ini yang didapati ialah kontrak antara media dan para kandidat menyebabkan berita-berita d lemparkan ke publik menujukan keberpihakan.

Padahal yang semestinya perlu dilakukan adalah kemerdekaan masyarakat dalam meñerima informasi dan kesamarataan informasi pada pilkada mendatang. Hal ini perlu dilakukan lantaran, kebanyak konflik akibat dari perang adu gagasan yang dimuat di media yang saling berpihak.

Media dan jurnalis, wartawan tidak dirugikan dari satu sisi selain reputasi, tetapi masyarakat dirugikan segala-galanya.

Independensi pada pilkada adalah catatan kritis bagi penulis sendiri maupun pekerja tinta kulit. Catatan kritis ini karena selama ini keberpihakan baik pers maupun wartawan secara terang-terangan ditunjukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun