Kemudian, memiliki nilai kuat yang dijamin dalan sistem perbankan dan di sokong oleh cadangan emas. Iap, perbangkan menjadi cikal bakal selembar kertas ini menjadi berharga. Dari sistem barter hingga sistem tukar menggunakan perak dan emas yang melahirkan uang.
Disinilah awal mula kegunaan kertas sebagai uang yang memiliki arti penting dalam kehidupan. Apalagi, di kehidupan era ini, setiap orang berlom menghasilkan pundi-pundi penghasilan demi kebutuhan dan gaya hidup.
Pengelolaan uang dalam team work ialah hal penting guna mendukung operasional kegiatan. Akan tetapi, magis mengelola uang terkadang membutakan seseorang untuk melakukan penyimpanan.
Hasrat sebagai dasar seorang manusia dan tekanan gaya hidup tinggi seringkali menyebabkan seseorang tak mampu mengontrol diri melakukan penyimpanan. Trust yang terbangun dalam tim seketika akan retak. Yap, uang memiliki daya magis yang selalu berbenturan dengan napsu seseorang.
Contoh terkecil pada kehidupan sehari-hari, di mana banyak dari kita memiliki kartu ATM. Sebuah kartu praktis yang dapat digunakan di mana saja, tanpa kata ribet.Â
Terkadang, sebagai pengguna kartu sakti ini; bukan kartu sakti milik pak de ya, hasrat untuk melakukan transaksi begitu tinggi. Bahkan bagi saya sendiri, dalam sehari tanpa sadae melakukan penarikan atau transaksi hingga 2-3 kali dalam sehari. Tanpa tau betul apa yang benar-benar di butuhkan. Hal ini semata-mata dilakukan untuk memuaskan hasrat pribadi dan tekanan keinginan.
Artinya, terkadang manusia ataupun saya sendiri merasa lalai dalam membedakan mana milik bersama dan mana milik pribadi. Apa yang dibutuhkan dan apa yang di inginkan.
 Tak jarang, dalam mengelolah keuangan lingkungan, baik kelompok, organisasi, bisnis, kantor bahkan setingkat arisan, rasa ingin coba-coba dan berpikir tak apa-apa digunakan sering melintas di kepala. Saya tak mau memasukan unsur bisikan setan disini.
Kesalahan fatalnya, ketika pemikiran itu terus terbawa karena tekanan kebutuhan dan tuntutan gaya hidup. Pemikiran enteng dan pendek semisal mengambil -walau pada pemahaman diri disebut meminjam, - satu atau dua ratus ribu tidaklah apa. Toh nanti di ganti ketika sudah memiliki uang.Â
Sekali mengambil; meminjam dalam bahasa saya,tak apa. Tetapi jika pola pikir ini terus di pakai karena hak dan kepenguasaan uang milik bersama ada pada dirinya maka semakin lama semakin menimbulkan masalah.
Masalah pada dirinya tentu saja, yakni beban tak mampu melakukan pengembalian. Dan, kedua ialah terjadi kekurangan uang yang diketahui bersama oleh masing-masing orang yang terlibat di dalamnya.