Dunia pendidikan dihadapkan pada kondisi baru di mana adaptasi perlu dilakukan. Saat ini, di tengah situasi pandemik adaptasi itu semakin kencang di terapkan terutama perkuliahan. Pada tahun ajaran 2020 ini, nasib perkuliahan tatap muka belum menjadi sebuah opsi yang tepat sehingga kebanyakan Universitas mengeluarkan kebijakan perkuliahan daring.
Selain perkuliahan daring, pengambilan data dari primer juga diarahkan ke sekunder, pengurusan segala bentuk administrasi dan bahkan sidang-sidang seperti proposal,semianr hasil,skripsi, tesis dan desertasi. Yap semuanya di lakukan secara daring.
Tulisan ini mengulas pengalaman yang di alami penulis sendiri. Di mana pada hari Kamis 23 Juli 2020 yang bertepatan dengan Hari Anak Nasional, saya melangsungkan seminar hasil penelitian secara daring. Yap, setelah sebelumnya pada bulan Maret tertunda karena kondisi Lockdown dan kebijakan kampus yang melarang aktivitas tatap muka hingga sekarang.
Suka duka pertama ialah pendaftaran online yang sebelumnya enteng saja jika melakukan pendaftaran secara manual. Akan tetapi, saya sendiri menganggap hal ini lebih efisien dari segi waktu. Kita hanya perlu login menggunakan akun milik pribadi yang di berikan universitas untuk mengakses fasilitas yang disediakan.
Sebelum ke pendaftaran proposal, seminar dll. Kita terlebih dulu meminta persetujuan secara online di mana screnshoot menjadi legalitas keabsaahan sebuah naskah dan waktu presentasi di setujui dan berbagai keperluan lainnya. Banyak kawan-kawan saya merasa kebingungan perihal tanda tangan yang secara umum harusnya dibubuhkan di atas kertas.
Setelah semua berkas selesai dengan bukti Screnshoot, kita akan mengisi persyaratan-persyaratan akademik yang sudah menjadi ketentuan. Akan tetapi masalah muncul ketika file terlalu besar dan melebihi ketentuan ukuran file dari pihak kampus. Kita perlu mengkompres ukuran file tersebut agar sesuai.
Permasalahan kedua ialah salah Upload karena buru-buru mengejar waktu presentase agar tidak disalip peserta lain. Bagi saya sendiri ini kesalahan pribadi karena telaten dan teliti sangat penting. Apalagi bahan presentasi tersebut akan di paparkan nanti.
Proses ini tidak memakan waktu lama, paling lama ya 30 menit. Â Setelah itu, menunggu hingga ada konfirmasi persetujuan dari admin universitas setelah mempelajari berbagai berkas syarat presentasi. Setelah di setujui, maka langkah selanjutnya ialah mendistribusikan undangan kepada pembimbing dan pihak-pihak terkait. Tentu saja cukup kirim lewat pesan whatsaap, tak perlu mengeluarkan biaya bensin untuk mengantarnya satu-satu. The Powe of Scren Shoot.
Pada H-1 presentasi makalah, saya terbentur oleh situasi. Kosan yang saya tempati sudah beberapa minggu ini di bongkar dan dijadikan lantai dua oleh ibu dan bapak kosan. Kacau pikirku.
Bunyi ketukan palu, gergaji dan segala pernik pertukangan akan menggangu kondisi melakukan presentasi makalah nanti. Waktu saya tersita memikirkan di mana tempat yang tepat harus melakukan presentasi. Apalagi di tengah pandemik ini, kawan-kawan seangkatan memilih untuk pulang kampung sehingga tak ada satupun kosan mereka yang bisa di gunakan.
Selama seminggu lebih kegalauan itu berkecamuk. Saran dari teman sekosan selalu menjadi masukan setiap hari. Sebelum H-1 saya putuskan ke Jakarta. Ke kosan kawan-kawan yang saya pikir aman untuk presentasi.
Pilihan ke Jakarta adalah keputusan terberat apalagi ditengah kondisi Pandemik saat ini. Kereta yang saya gunakan  terasa begitu angker. Sepi, mirip gerbong di film-film Zombi atau setan. Wkwkw.
Sesampai di Jakarta, saya menuju Matraman Jakarta Timur. Tak lama-lama,  hal pertama yang saya lalukan ialah mengetes jaringan. Laptop dibuka, PPT disiapkan, dan aplikasi Zoom di koneksikan. Beberapa teman saya undang ke metting room. Namun apa yang dikawatirkan benar-benar terjadi. Jaringan di kosan lantai dua yang berada di dalam gang dan diapit oleh rumah disamping kiri kanan ini tidak stabil.Â
Tepat pukul 1, saya akhirnya di jemput oleh seorang kawan yang kebetulan nongkrong di Tugu Proklamasi. Kami kemudian menuju Tebet Jakarta Selatan. Lebih tepatnya Jalan Tebet I. Disini cukup steril, jaringan yang sebelumnya menggunakan paketan pribadi sudah di dukung oleh jaringan Wifi begitu kencang. Tetapi, saya butuh privasi agar bisa konsentrasi. Maklum, tempat ini ialah sekret dengan penguni dari berbagai daerah,Ambon, Manado dan Makassar dan Malut.
Alasan ini membuat saya harus mencari alternatif lain. Alhasil, salah satu kawan lama saya hubungi. Ia menjamin tempatnya steril dan kondusif. Pria yang bekerja sebagai staf ahli di DPR RI ini kemudian mengirim alamatnya menggunakan Google Map.
Pada pukul 9 pagi saya berangkat, di antar oleh salah satu kawan menggunakan sepeda motor. Kelalaian saya disini ialah tidak memperhatikan lokasi tujuan hingga menghabiskan waktu di tengah jalan. Jika saja saya perhatikan dan teliti maka alternatif moda transportasi demi efisiensi waktu bisa dilakukan. Alhasil waktu terbuang sia-sia di jalan. Waktu yang seharusnya digunakan untuk memperdalam materi.Â
Tujuan yang kami tuju ialah, Cengkareng tepatnya di Jalan Duri Kesambi depan GITC. Perjalanan yang memakan waktu hampir sejam atau lebih saya tak lagi memperhatikan.Â
Waktu presentasi makalah ilmiah saya ialah jam 2 siang. Dan saya tiba di lokasi jam 11.00. Yap, tempat ini cocok karena unsur privasi, tak ada ganguan karena kosan lantai 4 ini kosong penghuni sebab kebanyakan karyawan garuda yang dirumahkan memilih pulang ke kampung halaman dan jaringan terjamin; didukung jaringan wifi. Segala hal di persiapkan dan memutuskan tak lagi memperdalam materi.Â
Pukul 13.30 WIB. Setengah jam menuju presentasi,HP saya bergetar. Ada dua pesan yang masuk. Satu dari Host dan satu dari pembimbing. Pesan dari host berbunyi.
"Mas, tolong login ke alamat seminarnya. Kita coba jaringan. "
Saya kemudian login dan mempersiapkan segala hal. Termaksud kelancaran jaringan dan PPT. Sementara bunyi pesan pembimbing sedikit membuat kwatir.
"Mas Fauji, saya kemungkinan akan mengalami kendala dalam jaringan. Tadi saja pas presentasi makalah mahasiswa di Jam 11 saya tiba-tiba kehilangan koneksi " bunyi pesan dosen pembimbing kesayanganku.
Sebelum sempat membalas, satu pesan kemudian menyusul " semoga bisa di back up sama pembimbing dua ya. Pastikan beliau bisa hadir".Â
Saya kemudian menghubungi dosen kedua yang dimaksud. Beliau tak membalas. Tapi pada waktu presentasi. Â Beliau hadir tanpa ganguan sinyal yang berarti.Â
Presentasi berjalan alot dan seru, walaupun banyak peserta terputus koneksinya saat sedang berlangsung pemaparan materi. Pembimbing pertama saya baru bisa bergabung saat pertengahan presentasi. Akhirnya pikirku.
Setelah sejam presentasi makalah selesai. Saya mendapat banyak pelajaran. Dari awal keruwetan mempersiapkan seminar hingga selesai. Ternyata segala hal menggunakan teknlogi punya plus minus.
Plusnya efisensi waktu dan praktis minusnya ialah biaya, koneksi, privasi. Apapun itu, keadaan ini mau tidak mau harus dihadapi. Baik saya,maupun banyak mahasiswa dan pelajar di luar sana. Apalagi merka yang berada di daerah kepulauan di mana jaringan internet hanya berada di satu tempat. Bahkan di kampung saya sedikit saja anda menggeser HP atau laptop maka koneksi anda terputus. Terima Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H