Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kopra, Harga, dan Identitas

17 Juli 2020   11:13 Diperbarui: 19 Juli 2020   14:04 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembicaraan ini berlanjut hampir 6 jam tentang bisnis kopra ini. Sebelum akhirnya mengakhiri pembicaraan dengan keputusan akan melakukan pembicaraan lebih lanjut.

Saya sendiri merupakan petani Kopra. Yap, hasil warisan dari Almarhum Kakek dulu. Kelapa-kelapa kami di tanam pada 1993 silam sesaat sebelum kami kembali ke kampung setelah peristiwa meletusnya gunung Kie Besi Pulau Makian tahun 1988 silam. 

Kelapa-kepala itu kami tanam di kebun pinggir pantai dan kebun lainnya di belakang kampung. Hingga sekarang terhitung sudah mendekati 30 tahun lebih.

Produktivitasnya pun sudah menurun yang dalam teori ekonomi return. Usia segitu sudah perlu dilakukan peremajaan. Namun hingga kini tak ada lagi peremajaan karena kebanyakan pohon kelapa baik di kampung maupun di Daratan Halmahera sana kebanyakan di tebang dan diganti dengan Cengkih serta pala.

Suka duka menjadi petani kopra? lebih banyak dukanya. Mulai dari panen (Tulisan ini akan dibahas pada artikel berikut. Cara membuat kopra), hingga penjualan. Di mana harga begitu rendah dari ongkos usaha tani atau produksi. Walaupun tenaga kerja menggunakan sistem Bokyan atau babari (gotong royong) akan tetapi itu tidak menutupi biaya operasional petani.

Harga menjadi salah satu masalah utama. Bahkan, 2 tahun silam terjadi demonstrasi besar-besaran di seluruh daerah di Provinsi Malut bahkan demostrasi berlanjut hingga ke gedung DPR RI untuk menaikan harga kopra yang terbilang rendah saat itu.

Saya yang berkesempatan meliput aksi tersebut sebelum kembali ke Bogor menyaksikan betapa ruwetnya tuntutan masyarakat dari segala elemen. Bahkan anak kecil pun ikut menyuarakan tentang harga Kopra yang sudah terjadi hampir setahun belakangan (2018).

Dokpri. Demo harga Kopra
Dokpri. Demo harga Kopra
Harga kopra pada waktu itu ialah 3.500/kg dari sebelumnya 5.000/kg dan turun lagi beberpa hari kemudian menjadi Rp. 2000/kg. Memang pada saat itu, kondisi perdagangan internasional Indonesia sedang terjadi penurunan. 

Aksi demonstrasi berjalan hampir sebulan sampai pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur dan pihak-pihak terkait meneken Nota kesepakatan untuk menaikan harga dengan solusi memberdayakan Perusda (Perusahaan Daerah) dan mengundang investor.

Tapi apakah selesai? tidak. Masalah itu tidak lantas menjadikan harga komoditi bersejarah ini naik. Kenapa bersejarah? karena kopra memberikan andil pada perjuangan kemerdekaan.

Komoditi kopra Malut memiliki kontribusi yang sangat besar bagi Bangsa Indonesia. dimana pada tahun 1962 warga Malut menyumbangkan 1000 ton kopra untuk biaya pembebasan Irian Barat untuk masuk ke NKRI. (Baca; teropongmalut.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun