Tepat pukul 13.00 WIT aktivitas memancing selesai karena umpan ikan teri juga sudah habis. Perjalanan pulang memakan waktu 2 jam ke fishing base. Dalam perjalanan saya berdiskusi dengan kapten tentang kesejahteraan mereka sebagai nelayan.Â
Selama itu, ia sudah berhadapan dengan berbagai kondisi perikanan. Baik laut hingga kebijakan-kebijakan yang baginya tidak pro sama sekali pada nelayan. Ia menyesali peran-peran pemerintah dalam hal kesejahteraan nelayan dan hanya mengumbar kekayaan perikanan yang tujuannya hanya untuk pengusaha-pengusaha besar.
Lama kami berdiskusi sebelum akhirnya tiba di pelabuhan pendaratan. Setelah berlabuh, saya putuskan untuk tidak langsung kembali. Menunggu pembongkaran hasil tangkap dan berapa yang mereka hasilkan.
Disini peran penting bendahara kapal mengambil ahli. Ia terlebih dulu turun dan menemui si perantara. Yap, mereka yang menggunakan kekuatannya memasarkan hasil tangkap dan pihak yang paling berperan dalam menentukan harga dan modal operasional nelayan.
Proses penjualan jika ke perusahaan bisa dilakukan di pelabuhan atau TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Walaupun dijual TPI akan tetapi tidak ada sistem pelelangan yang berjalan. Ikan-ikan kemudian ditimbang dan dicatat oleh perusahaan, perantara dan bendahara agar tidak terjadi perbedaan harga.
Setelah memenuhi permintaan perusahaan kemudian perantara menjual ke pedagang semisal UKM, pengepul, grosir dan pengecer. Penetapan harga yang diterima nelayan pun tetap dibawa harga. Misalnya jika perusahaan membeli dengan harga 13 ribu ke perantara maka harga yang diterima nelayan ialah 11 ribu.
Hasil tangkapan hari itu sebesar 5 ton. Tapi hasil yang diterima hanya 3 jutaan karena sudah dipotong biaya operasional untuk kembali melaut.
Saya kemudian pamit pulang karena sudah merasa capek. Sebelum kaki saya melangkah turun, sang kapten memanggil dan memberikan hadiah 2 ekor ikan cakalang untuk dibawa pulang. Sungguh luar biasa, saya begitu terharu dan hanya bisa mengucapkan terima kasih.