"Menulis itu menantang diri sendiri, Menantang ketidakpuasan dalam diri yang harus segera dipuaskan"
Cerita dan motivasi tentang menulis banyak sekali diulas. Baik dari penulis-penulis hebat di K yang beberapa hari ini terpampang banyak sekali pembahasan tentang menulis dan juha sumber-sumber lain seperti film-film biografi.Â
Yap sebagai penikmat film biografi, yang menjadi favorit bagi saya ialah tentang dunia menulis. Film yang setelah di tonton, saya langsung bermimpi untuk menulis. Walaupun pada akhirnya mager juga...wkwkwk
Ketertarikan saya pada dunia satu ini sejak duduk di Bangku SMA. Dan sejak membaca buku tenggelamnya kapal Van Der Wick pada tahun 2003 silam. Yap film yang sempat menjadi tontonan luar biasa pada beberapa tahun lalu ini.Â
Berlatar belakang penemuan buku tersebut dan aliran-aliran cinta kaula muda yang menggebu, saya mulai menulis puisi yang kemudian kukirimkan pada pujaan hati.Â
Berharap ia mampu tersenyum atau bermimpi pada daku dan kata yang ku rangkai. Puisi-puisiku bahkan sering menjadi santapan siswa di mading,terkadang ia kemana-mana. Mencari si budak-budak cinta yang pada akhirnya patah juga ; maafkan daku mantan..wkwkw
Saking seringnya memikirkan tentang senja, cinta dan prahara saya kemudian mulai menulis puisi-puisi tersebut di buku. Tercatat hampir 3 buku berisi puisi yang dibawa kemana-mana. Namun, nasib tak berpihak. Buku itu hilang dengan benci yang kutanamkan pada pujaan hati....Maaf curhat wkwkw
Memasuki jenjang perguruan tinggi. Saya tak lagi menulis. Satu-satunya budaya nulis ialah mencatat pelajaran wkwkwkw. Hampir 7 tahun lamanya di Kampus tercatat hanya 1 tulisan mading yang tercipta. Itu pun berisi caci-maki karena merasa ada ketidakadilan oleh pihak fakultas. Setelah itu, hilang.Â
Tak terpikirkan lagi tentang dunia satu ini. Hingga kemudian lulus dan menghabiskan waktu dari desa ke desa selama 4 tahun. Gairah kembali muncul ketika sudah berada di Bogor. Yap, mencoba melancong ke sini, ke Kota hujan karena tujuan yang hendak dicapai.
Gairah itu muncul setelah berkenalan dengan salah satu penulis, Ahyar Ros, si pria ganteng dari NTT yang kebetulan satu kosan bersama saya. Ia menunjukan kumpulan-kumpulan tulisannya yang terbit di media cetak kepada saya hingga terlontar pertanyaan bagiamana saya bisa menulis seperti anda?