Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Soan" Tradisi Unik Orang Tua Ke Anak

2 Juni 2019   19:15 Diperbarui: 2 Juni 2019   19:22 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak-anak yang menengok rumah salah satu anak yang berpuasa (dokpri)

Menjelang Idul Fitri, perayaa budaya dan tradisi di galakan umat islam di Indonesia sebagai bagian dari menjaga kearifan lokal serta menjaga nilai yang lebih tinggi dari perayaan tersebut. Begitu juga dengan Maluku Utara, negeri para raja (jazirah Al -Mulk).

Dalam memperingati malam Lailatur Qadar, salah satu tradisi paling melekat dalam kehidupan masyarakat maluku utara adalah " malam Ela-ela".  Tradisi turun temurun ini dilakukan oleh warga dengan menyalakan  lampu-lampu baik obor dan loga-loga (lampion) dipekarangan rumah. Tradisi ela-ela ini sendiri juga mulai terstruktur, salah satunya di kota ternate yang dibalut dalam konsep festival ela-ela. Festival ini mengikutsertakan kelurahan-kelurahan dalam bentuk lomba untuk menggali kreativitas dan inovasi kebudayaan yang nantinya dinilai oleh juri.

Lomba Festival Malam Ela-Ela (dokpri)
Lomba Festival Malam Ela-Ela (dokpri)
Begitupula dengan tradisi "Soan". Tradisi yang lekat dengan salah satu suku makian. Dimana, tradisi ini dilakukan menjelang 27 Ramadhan yang dilakukan untuk mengapresiasi anak-anak karena mampu menyelesaikan puasa ramadhan 30 hari full.

Dari akar sejarah, perayaan soan  belum jelas asal usulnya. Baik penyamatan nama maupun siapa pencetusnya. Akan tetapi sebagai wilayah kesulatan Bacan, bisa jadi Tradisi ini merupakan bagian dari tradisi turun temurun  yang lahir dari  budaya kesultanan.

Secara makna, Soan adalah pemantik semangat dan apresiasi bagi seorang anak usia  rata-rata dibawah 5 tahun karena mampu menyelesaikan puasa ramadhan. Tradisi ini juga bagian dari memperingati malam datanya malam lailatul qadar.

Untuk melaksanakan perayaan ini, para orang tua khususnya dimakian luar yang anak-anaknya melaksanakan puasa akan menebang sebuah pohon. Pohon pisang ini juga sudah disiapkan sebulan sebelumnya, dengan perkiraan yang pas agar pohon pisang tersebut matang pada saat hari H perayaan.

Pohon Pisang Raja Dan Mas (dokpri)
Pohon Pisang Raja Dan Mas (dokpri)
Kebanyakan Pohon pisang yang dipilih tidak sembarangan. Akan tetapi, pisang ini dipilih secara khusus, yakni pisang Raja dan Pisang Mas (lady Fingger). Penebangan phon pisang dilakukan dengan mengambil bagian pohon utuh minus akar. Daun, buah pisang dan batang pisang akan kemudian dibawa pulang dan dikat di depan rumah maupun disandarkan pada pagar.

Setelah itu, pohon pisang ini akan dihiasi berbagai pernak-pernik. Biasanya, dihiasi kue-kue tradisonal , seperti kue jambu air, kue andara (kue berbahan beras pulo), sumu-sumu, Bendera Indonesia, balon, duit serta berbagai jajan khas lainnya yang di ikatkan ke buah-buah pisang.

Kue Tradisonal, Andara, Biji dan Biji Jambu(dokpri)
Kue Tradisonal, Andara, Biji dan Biji Jambu(dokpri)
Pernak-pernik tersebut mulai di gantung pada pukul 17:30 wit. Setelah semua persiapan selesai, biasanya tanpa diundang anak-anak kecil biasanya langsung datang menyaksikan. jika dalam kampung tersebut terdapat 5 anak yang merayakan soan, maka sudah tentu anak-anak ini akan mendatangi semua rumah-rumah tersebut.

Anak-anak yang belum melaksanakan soan seketika akan merasa termotivasi agar pada ramadhan akan datang mereka mampu berpuasa dan merayakan hal yang  sama. Karena perlu diketahui bahwa, tradisi sudah dilaksanakan semua orang pada masa kecil mereka. Bisa dikatakan, 100 persen masyarakat desa mateketen dan desa-desa lainnya di makian luar sudah melakukannya.

anak-anak yang menengok rumah salah satu anak yang berpuasa (dokpri)
anak-anak yang menengok rumah salah satu anak yang berpuasa (dokpri)
Tanda dimulainya perayaan akan dilaksanakan setelah shalat magrib. Anak-anak yang sehabis ba'da magrib kemudian bergegas menuju lokasi-lokasi perayaan.  Dalam suasana ini, tidak semerta-merta anak-anak  langsung merebut pernak-pernik tersebut. Biasanya, para orang tua dan anak yang mempunyai perayaan akan menunggu dan memberikan pesan-pesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun