Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Desa, Kita Belajar Kearifan Lokal

15 Mei 2018   14:38 Diperbarui: 15 Mei 2018   15:12 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Sekitar 10 menit berjalan, kami sampai di lokasi yang di maksud. Arena dengan sebuah papan target di buat di samping bataran sungai yang airnya jernih serta di lindungi oleh rimbunya bambu. Lebar tempat ini cukup luas dengan sebuah tempat duduk. Anak panah sudah di susun dan  jarak antara penembak dan papan target sekitr 6-7 meter. 

Pemasangan Ikat |dokpri
Pemasangan Ikat |dokpri
Proses memanah menjadi sah ketika kain yang di namakan "ikat" melekat di kepala. Menurut penuturan, ini adalah hal wajib sebelum menanah. Saya dan dua teman srikandi saking semangat. Dengan posisi yang telah di tentukan dan sedikit penjelasan, arah panah mulai di lesarkan. ada yang kena, ada yang anak panah nya tidak keluar bahkan sampai ada yang lewat. Lagi-lagi harus di akui bahwa dalam meanah, posisi badan, daya tarik dan teknik-teknik lainya perlu di pelajari. 

dokpribadi
dokpribadi
Kgiatan menanah ini kami lakukan hampir 1 Jam, dan walaupun bukan olahraga berat tetapi jangan ditanya berapa liter keringat yang sudah meluncur deras dari wajah-wajah penasaran pada target. 

dokpribadi
dokpribadi
Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa.  Ketika di kota kita masih mendiskusikan efek negatif globalisasi dan hilang nya kultur kebudayaan dan kearifan loka, di kalangan masyarakat desa justru giat memperjuangkan kearifan lokal tersebut untuk tetap bertahan. Hari ini dalam menutup perjumpaan yang luar biasa, kami di suguhkan sebuah kegigihan dan ketekunan masyarakat desa dalam membangun bangsa, walaupun sering di abaikan dalam konstalasi pembangunan akan tetapi apa yang disuguhkan hari ini merupakan wujud nyata bahwa, rakyat tidak butuh ucap manis, rakyat tidak butuh gaji fantastis, posisi penting maupun mobil mewah. Mereka sudah memliki itu dalam praktek kehidupan bersosial, mereka hanya butuh dilihat, di perhatikan dan di tuntun.

#bagaiaberbagi

#maribangun desa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun