Bahkan statmen yang lebih keras mengarah ke kami ketika "pola pikir" kami di sematkan kata-kata menjadi petani.
Maka praktis, pembahasan kami tentang petani di mulai, dan meninggalkan persoalan "jodoh", allhamdullilah. Sebagai anak-anak yang berkesempatan mengeyam pendidikan di ibu kota, dan berasal dari keluarga petani, maka perihal petani dan pertanian tidak lagi asing di telinga dan hidup.
Petani merupakan salah satu pahlawan bagi bangsa menurut saya, karena kekuatan dapur masyarakat dunia,khususnya Indonesia di tanggung jawabkan kepeda mereka.atau istilah yg sering di pakai adalah isi perut seseorang adalah tanggung jawab petani.Â
Dalam sebulan saja petani tidak bercocok tanam, maka kondisi ketahanan pangan akan terganggu yang juga akan mengoyahkan ranah politik. Kita mungkin banyak belajar pada pengalaman bangsa, ketika dua presiden cekatan harus tumbang karena ketidaksediaan pangan, yang menyebabkan harga-harga menjadi tinggi. Maka, sudah tentu petani adalah pertahanan terdepan dan benteng pertahanan sebuah bangsa.
Maka membicarakan petani, tidak akan ada habisnya. Jika terjadi kelangkaan pangan atau kinerja ekspor yang menurun, petani selalu di salahkan. Jika petani berhasil dalam mewujudkan ketersediaan pangan dan berhasil dalam wacana pembangunan ekonomi pertanian, maka bukan petani yang di eluh-eluhkan tetapi pemerintah sampai pihak yang tidak berkontribusi sama sekali.Â
Petani tetaplah petani, sampai ribuan pergantian kepemimpinan, petani tetap petani yang jauh dari kata"kesejateraan", penguasaan teknologi sampai cara bercocok tanam yang tradsional.Â
Berbagai bentuk penelitian teknis pada petani, selalu menghasilkan hasil yang seringkali mendikriminasi petani akan pengetahuan mereka.Â
Begitupun hasil yang universal, petani hanya menjafi landasan usulan kebijakan pada pemerintah walaupun tidak dilirik sama sekali. Persoalan petani tidak akan ada habisnya, dari tingkat pendidikan, petani indonesia rata-rata memiliki pendidikan rendah, sedang wacana regenaerasi petani belum mampu diatasi.Â
Ibaratnya, kita menyuruh petani untuk efeesiensi dalam melakukan usaha tani, tapi praktek dan pengetahuan efeesiensi hanya menjadi dalil yang tidak d seriusi akibat dari mengejar posisi daya saing saja.
Di tahun 2018, petani akan kembali menjadi "primadona". Layaknya komoditas ekspor semisal sawit yang akan di eluh-eluhkan. Kenapa?karena di tahun ini, adalah tahun politik.Â
Lantas bagimana hubunganya?karena petani adalah komoditas politik. Komoditas untuk meraup kekuasaan,popularitas dan suara. Maka 2018 petani bisa sejaterah. Kata sejaterah akan menjadi ingatan di setiap kehidupan petani, siapapun kandidat yang akan datang "janji politik kesateraan" akan menemani dalam aktivitas menyangkul mereka.