30 September, adalah tanggal kelam bagi Indonesia. Tanggal dimana, kita akan diingatkan pada Pemberontakan PKI dengan di bunuhnya 7 Jendral. Sejak saat itu, PKI sebagai "Idologi Komunis" di hancurkan sampai ke akar-akarnya.
Film penghianatan G 30 S/PKI, dibuat untuk memberikan wawasan tentang pemberontakan yang di lakukan oleh PKI, walupun adalah kalangan yg berkata film ini hanya bagian dari strategi pencitraan Soeharto. Apapun bentuknya, PKI sudah menjadi organisasi terlarang dengan sederet sejarah kelam yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan mereka
Pada tahun 2017, Isu kebangkitan PKI menjadi wacana dalam berbagai diskusi baik nasional maupun daerah. Apalagi, ditambah Statmen dan instruksi oleh Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo tentang pemutaran kembali film G 30 S/PKI dan berbagai statmen yang berkaitan.
Belakangan, ada anjuran untuk meremake kembali Film G 30 S/PKI oleh Presiden Jokowi. Tanggapan, dukungan dan kritikan tentu menghiasi keputusan kontroversial ini. Gonjang -ganjing pendapat baik elit politik, negarawan, akademisi sampai tukang seduh kopi pun dikeluarkan. Yang pasti, terlepas dari issu atau tidaknya tentang kebangkitan PKI, telah membuat masyarakat antusias untuk melakukan Nobar diseluruh pelosok-pelosok negeri.
Antusiasme yang tinggi membawa kesan tersendiri bagi saya, di mana pada periode 80an sampai 90an Film G 30 S/PKI merupakan salah satu film yang selalu menghiasi layar hitam putih televisi jaman itu (TVRI) pada tanggal 30 September. Film yg tidak pernah luput di tonton untuk publik. Entah kenapa film ini menjadi daya pikat tersendiri untuk di tonton pada saat itu.
Isu kebangkitan PKI yang belakang merebak menjadi menarik ketika di iringi dengan keputuskan bahwa film G 30 S/PKI harus di tonton kembali untuk menjadi edukasi tentang apa yang dilakukan oleh PKI telah menjadi catatan hitam sejarah perjalanan bangsa.
oleh karena ini pula, sejak seminggu kemarin, saya mendapat undangan baik via WA dan Facebook untuk melakukan Nobar G 30 S/PKI. Undangan ini juga bukan hanya saya, tetapi banyak kawan-kawan dan kolega juga demikian.Â
Malam pemutaran film yang jatuh tepat pada tanggal 30 september menjadi malam yang di tunggu. Sebab diberbagai sudut sudut gang, tempat umum dan berbagai tempat-tempat strategis melakukan nobar.Â
Antusiasme Nobar akan beriringan dengan sejauh mana pandangan masyarakat tentang Film ini. Maka saya pun mencoba membaginya kedalam 3 kelompok dengan sudut pandang yang berbeda.
Pertama, masyarakat era 2000-an.
Kelompok ini lahir pada era akhir 90-an ke 2000 -an. Dimana, pemutaran film PKI sudah di larang seiring berakhirnya kekuatan orde baru. Kelompok ini adalah kelompok yang paling antusias melakukan Nobar, selain karena pertama kali menonton serta terpikat oleh gencarnya pemberitahuan lewat media-media sosial.
Kelompok ini mengkaji sejauh mana kekejaman PKI yang di gambarkan pada film tersebut dengan anggel dan sudut pandang yang berbeda, bisa jadi kelompok ini mengkaji dalam sudut pandang kengerian atas tindakan pembunuhan terhadap para Jendral dan berbagai sudut pandang tergambar dalam film ini.
Kelompok Semi 90-an dan 2000 -an.
Kelompok ini adalah kelompok yang lahir pada kondisi yang sama tetapi sedikit mengetahui kengerian PKI, falsafah dan ideologinya. Kelompok ini, biasanya tergabung dalam organisasi-organisasi, kelompok-kelompok diskusi maupun individu otodidak.
Kelompok semi 90 an ke 2000 -an ini bisa dibilang, sering melakukan kajian sejarah maupun ideologi mendalam dengan membandingkan sejarah awal munculnya ideologi-ideologi besar di dunia sampai masuk ke Indonesia. Intinya kelompok ini adalah kelompok ke ilmuan. Baik mahasiswa maupun aktivis-aktivis.
Pandangan kelompok ini lebih pada kondisi global, apa selanjutnya implikasi dari film ini bagi generasi,apakah pemutaran film ini mengandung isu politik ataukah murni karena memang benar ada kebangkitan PKI. Pro dan kontra mewarnai pandangan dan disusi kelompok ini, ada yang percaya. Ada pula yang mengatakan ini hanya bagian dari isu perebutan kukuasaan karena di putusnya rente bisnis orang -orang tertentu. Tetapi pada kesimpulan nya" PKI tidak bisa dibiarkan berkembang " karena sejarah kelam tidak akan pernah di lupakan.
Kelompok terakhir,adalah kelompok analisis profesional.
Biasanya kelompok-kelompok ini di huni oleh pakar-pakar, baik politik, sosial, hukum, budaya , organisasi-organisasi nasional, daerah dan organisasi kemahasiswaan besar dan juga yang mengaku pakar.
Dari analisis kelompok ini, akan di buka peta-peta kekuatan implikasi dari Nobar G 30 S/PKI. kekuatan yang di maksud adalah kekuatan kekuasaan politik serta ekonomi dan cara main perebutan kekuasaan. Contohnya analisis bahwa gerakan Jend. Gatot nurmayanto adalah gerakan menuju Pilpres 2019.
Kajian -kajian kelompok ini biasanya berimplikasi besar karena dapat mempengaruhi isu-isu nasional dan punya power full. Dengan landasan analisis yang tajam kedepan.
Kelompok yang tidak di masukan adalah kelompok hedonis, karena apapun bentuk dan keputusan Nobar maupun isu Kemunculan PKI tidak mempengaruhi pola pikir dan ideologi mereka.
Apapun bentuk dari hasil nobar yang bisa dituangkan dalam bentuk tulisan, gagasan maupun diskusi. PKI tidak boleh dibiarkan berkembang kembali. Sebab, hampir di banyak negara-negara komunis yang sempat berjaya, banyak nyawa di pertaruhkan
Indonesia harus kembali kepada Pancasila sebagai ideologi. Penguatan ideologi pancasila sesuai dengan karakter Indonesia. Dengan mempraktekan ideologi Pancasila pada kehidupan bernegara dan bermasyarakat, akan menangkal pengaruh -pengaruh ideologi lain yang masuk dengan berbagai metode yang justru merugikan Masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H