Malam ini kedai kopi yang selalu kita singgahi terasa berbeda,Waktu membungkam pikiranku dengan kenangan yang telah kita lewati. Dulu seringkali kita bercengkrama, melewati malam dalam alunan birama kasih. Saling betukar cerita dan menumbuhkan tawa bahagia di antara kita. Bunyi radio tua memutar lagu romansa lama, menangalkan rasa di relung nestapa. Kala itu waktu terasa lebih cepat berjalan, padahal kopi baru saja di suguhkan. Detak jam dinding yang berputar seakan menimpa seluruh kenanganku yang telah purba
Kopi yang kupesan tetap sama, tubruk susu dengan segelas air putih yang seharusnya malam ini menjadi obat penenang untuk menikmati nuansa  kedai kopi. Namun berbalik arah menjadi ruang sepi yang dipenuhi halusinasi. Semerbak aroma susu yang yang biasa tercium, menjelma menjadi aroma parfumu yang biasa kau kenakan. Paitnya kopi robusta yang disajikan, lebih pait lagi luka yang kau telah berikan ketika tega kau tinggalkan.
Rasa yang terjasikan  tetap sama, hanya saja kali ini hadir tanpa dirimu nona !  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H