Mohon tunggu...
Nanda AP
Nanda AP Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca Musiman

Ars Longa, Vita Brevis~

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kawan, Pujaan, dan Penghianatan #2

26 Agustus 2021   20:34 Diperbarui: 26 Agustus 2021   20:54 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kesunyian di penghujung renjana

Di bawah naungan purnama  

Seorang pujangga mengelar kisah romansa

Bercerita dengan nada cinta dalam nuansa duka

 

Rasaku masih tersaji dalam segelas kopi yang sama

Tanpa sebutir gula

Di setiap serbuknya  yang menyimpan doa kita

Dengan tegukan pertama yang merampalkan luka

 

Desir angin malam menyampaikan sebuah pesan 

Melayang bersama sebuah jeritan

Dari sosokmu yang sangat mengancam 

Yang pernah memberikan luka yang menghujam

 

Pernah ku pinta dan berbisik

Lantas kau bilang ku terlalu berisik

Lalu kupinta dengan lantang

Namun kaupergi dan menghilang

 

Ku sengaja menghindar

Agar kau tersadar

Naas, malah semakin gencar 

Semagatmu mendua pun semakin berkobar

 

Ingin sekali ku memaki

Namun rasanya tak cukup 

Diam pun tak sanggup

Kali ini pintu dan kata maaf  sudah tertutup 

 

Dulu kukira kau tempat pulang

Namun, sekarang terlihat seperti jurang 

Yang membuatku takut tuk menerjang

Karena tak ingin melayang dan hilang 

 

Kebencian yang membakar jiwa

Tak mudah padambegitu saja

Apalagi dengan kata-kata

Tak cukup tuk menutup luka yang menganga

 

Laknat memang 

Kenapa perasaan ini selalu terkenang

Bahkan membentuk genangan

Yang sulit di singkirkan

 

Seperti mawar yang layu 

Terpancar sinar mata yang sayu

Tak mungkin lagi menyatu

Karena tinggal bekas luka yang menderu

 

Janji setia kawanan yang semu

Menumbuhkan pertanyaan baru

Semua menyatu bagai peluru

Yang mampu meledaksetiap waktu 

 

Terlalu banyak drama

Memainkan dengan penuh duka

Seolah kau yang tersiksa

lakonya siapa? 

 

Tak cukup ku berdamai 

Membiarkan mereka terbang bersama angin sepoi-sepoi 

Sementara disini aku hancur dan tak bisa bersantai

 

Kawan berubah jadi lawan

Sungguh ucapan yang tak pantas di sandingkan 

Teruntuk manusia pemakan teman

Yang menghancurkan kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun