Dulu rembulan bersinar begitu terangnya
Di iringi kemerlap bintang yang kian menyala
Membawa alunan cerita cintaÂ
Dan doa yang bersenandung getar di angkasa
Â
Sinden melantunkan syair kerinduan tentang cinta
Asmara  yang mulai menghilang dalam raut wajahnyaÂ
Seiring dengan sinar bulan yang tenggelam di pangkuanya
Tapi tidak dengan bekas luka yang menganga
Â
Akankah sinarnya kembali ?
Setelah lama berhenti
Atau pergi dan tak pernah kembali
Dan segala kenangan dan harapan pun ikut mengiringiÂ
Â
Semua seakan menjadi angan yang tak bisa di pegangÂ
Sesekali akupun terngiang
Sebuah rasa yang aman dan tenangÂ
Yang memberi angan kehidupan indah bila di kenang
Â
Ah bohong...
Kukira kawan yang dekatÂ
Ternyata membuat nafasku tercekat
Bersifat penghianat, dasar memang laknat
Â
Sayatan pun terukir di dada
Membuatku lemas dan tak bertenaga
Kepercayaan yang ku suguhkan padanya
Hancur dan berakhir sia-sia
Menarik segala gundah dengan merayuÂ
Dengan mencari mangsa untuk di tipu
Membawa dalam belenggu
Terkurung dan menjadikan sebuah canduÂ
Â
Di pojok kamar ini ku melihat dengan tatapan pilu
Tanpa sebuah keberanian ku tuk menyuarakan rindu
Segala rasa yang berubah menjadi ragu
Yang terhepas bagaikan butiran debuÂ
Â
Merana...
Kawan dan sang pujaanpun sama-sama hina
Bermain api asmara
Hancur dan kecewa dengan segala tipu daya serta dusta
Â
Aku benci...
Rasanya inggin ku memakiÂ
Pada dua insan yang tak tau diri
Yang menghancurkan relung hati  Â
Â
Sialan..
Kenapa harus kamu kawan ?
Yang mencuri sang pujaanÂ
Bahkan sekarang  kalian dimataku tampak menjijikan.Â