Mohon tunggu...
H. Sikumbang
H. Sikumbang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

“Kau tak pernah tau kapan malaikat pemutus kehidupanmu itu datang, maka mengapa tak kau siapkan bekal amalmu sebaik-baiknya? Mengapa masih berpikir masih ada hari esok, atau sejam, atau semenit, atau sedetik? Sedangkan malaikat berjalan melebihi kecepatan cahaya, jauh lebih cepat dari hitungan sepersekian detik” -- Serpihan Tulisan --

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Admin, Mana Hadiah Saya?

2 Desember 2010   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:05 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

saya hanya bisa melamun dan memikirkan apa alasan sehingga pesan yang saya kirimkan tidak dibalas. memang, kompasiana anggotanya lebih banyak dari sebuah grup yang saya kelola. grup yang saya kelola hanya sekitar 17.000-an orang. mungkinkah, pertanyaanku itu membuat mereka yang bertanggung jawab merasa risih? tapi walaupun mereka risih, mereka juga masih mempunyai tanggung jawab untuk menjawab. di grup yang saya kelola, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang diulang-ulang. walaupun memang kita kesal dengan pertanyaan itu, sudah seharusnya kita menghargai pertanyaan mereka karena dengan merekalah kita ada. kita harus bisa menghargai orang lain agar kita dihargai.

kini, modem tersebut tinggal kenangan. bulan desember telah tiba. batas akhir pengambilan hadiah adalah november. tinggallah hadiah yang aku harapkan bisa menjadi pemicu bagiku untuk membuat sebuah tulisan yang lebih baik lagi. ah sudahlah. biarkan saja. tapi satu hal yang ingin aku ingatkan buat para penyelenggara. hadiah tersebut masih merupakan hak para pemenang, oleh karena itu dengan apapun alasannya para penyelenggara tetap bertanggung jawab agar hadiah tersebut sampai kepada pemenang. jika hal tersebut tidak dilakukan, maka berhenti mengkritik para pemimpin bangsa yang tidak bertanggung jawab sementara diri kita tidak bertanggung jawab terhadap tugas kita.

ada sebuah kisah dari seorang ustadz yang telah meninggal dunia pada tahun 2005 yang lalu. Ustad Rahmat Abdullah kalau tidak salah namanya. saya tidak terlalu kenal ustadz tersebut, tapi saya mengetahuinya dari rekan-rekan yang kebetulan sangat mengetahui beliau. Tangisan air mata mengiringi kepergian beliau. Hujan pun turut mengiringi kepergiannya. Tapi walaupun hujan sangat deras, tidak menyurutkan niat para pelayat untuk mengantarkan jenazah anggota dewan yang meninggal ketika membahas masalah ummat itu menuju tempat pemakamannya.

ustadz tersebut menceritakan bahwa ada seekor monyet lagi nongkrong diatas pohon kelapa. dia tidak sadar bahwa diintip oleh angin yang besar. Angin topan, tornado, sama bahorok. tiga angin itu rupanya pada ngomongin sang monyet. mereka berlomba untuk menjatuhkan sang monyet. Angin topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik. Angin tornado cuma butuh 30 detik dan angin bahorok cuma 15 menit. ketiga angin tersebut pun berusaha meniup sang monyet agar terlepas dari pohon kelapa. tapi tidak ada satupun diantara angin tersebut yang bisa merobohkan sang monyet. tangguh, daya tahan sang monyet sangat luar biasa.

tidak lama kemudian datanglah angin sepoi-sepoi. dia juga berkeinginan untuk ikutan lomba menjatuhkan si monyet. Angin sepoi-sepoi diketawain oleh ketiga angin yang besar. kita tentunya sudah bisa membayangkan, tiga angin besar saja tidak bisa apalagi hanya angin sepoi-sepoi. Angin sepoi-sepoi tidak banyak omong, angin sepoi-sepoi langsung meniup ubun-ubun si monyet. Pssss... Enak banget. Adem... Seger... Sang monyet pun memejamkan mata, dan gubrakkkk... monyet pun jatuh dari pohon kelapa.

begitulah tantangan kehidupan ini wahai rekan-rekan, kita semua jika diuji dengan kesulitan, saya yakin pasti bisa menghadapinya. Insya Allah kita akan kuat. tapi, jika kita diuji Allah dengan kenikmatan dan kekuasaan, ini yang harus kita perhatikan. Kita harus hati-hati. Kita harus sabar dan kita harus tahu siapa diri kita dahulu. Jangan, ketika kita sudah berada diatas, kita tidak mau mendengarkan orang lain. seolah-olah kita sudah merasa hebat. jika sifat tersebut ada pada diri kita, maka percayalah bahwa nasib kita akan seperti monyet dalam cerita sang ustadz.

mari, kita bersama-sama menjadi orang yang bertanggung jawab, orang yang menghargai orang lain tanpa membedakan status, jabatan, ataupun pekerjaan mereka. kita semua sama, sama-sama makhluk Tuhan yang lemah. Kita hanya beda jikalau kita bertaqwa. selebih dari itu TIDAK. kita sama. oleh karena itu, sudah saatnya kita kembalikan lagi fungsi rumah sehat ini menjadi rumah sehat seperti niat awal pendirian kompasiana ini.

Admin jangan sombong hati karena kompasiana sudah menjadi besar. justru dengan semakin besarnya kompasiana ini, admin harus lebih sabar dan rendah hati. terus meminta masukan demi kebaikan rumah sehat ini. para kompasianer juga harus sabar dan sadar bahwa tidak ada manfaatnya kita mengadu domba ataupun menghina seseorang. biarkan orang lain berjalan sesuai dengan keyakinannya asalkan hal tersebut tidak bertentangan dengan hukum.

pada saat ini, kompasiana sedang mengalami ujian. ujian yang dihadapi oleh monyet dalam kisah sang ustadz. jikalau kompasiana bisa mengendalikan semuanya dan semua pihak bisa sadar diri, maka percayalah ujian tersebut akan hilang dan kompasiana akan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Percayalah itu.

catatan anak jalanan : admin, mana hadiah saya?

Jum'at 03 Desember 2010
Pukul 00.22 WIB
disaat mata belum mau terpejam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun