Mohon tunggu...
Mogi Bian Darmawan
Mogi Bian Darmawan Mohon Tunggu... -

terinspirasi untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kegelisahan yang Harus Dibayar Lunas

29 Oktober 2014   05:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"When I was a young man, I wanted to change the world. I found it was difficult to change the world, so I tried to change my nation. When I found I couldn't change the nation, I began to focus on my town. I couldn't change the town and as an older man, I tried to change my family. Now, as an old man, I realize that the only thing I can change is myself, and suddenly I realize that if long ago I had changed myself, I could have made an impact on my family. My family and I could have made impact on our town. Their impact could have changed the nation and I could indeed have changed the world."Seorang biarawati diabad ke-11 yang menulisnya.

Akar permasalahan bangsa Indonesia selama ini diyakini: kemiskinan, kebodohan, ketidakmerataan pembangunan, dan masalah moral. Karena itu upaya yang dilakukan oleh pemerintah antara lain: mengeluarkan kebijakan BOS, biaya siswa miskin, raskin, jamkesmas, KPK, dll. Namun anehnya sudah ratusan trilyun dana digelontorkan, permasalahan bangsa ini tidak semakin berkurang, sebaliknya justru semakin parah.

Setelah sekian lama merenung, terlintaslah dalam pikiran ini, bahwa semua negara pada dasarnya berawal dari bangsa/negara yang miskin dan bodoh, karena itu tidak ada alasan untuk mengkambing-hitamkan kemiskinan dan kebodohan sebagai penyebab bangsa ini terpuruk. Tetapi, tidak semua negara mengalami kemerosotan moral. Inilah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain, sehingga bangsa-bangsa lain bisa terus melaju memajukan bangsanya, sedangkan Indonesia masih terus mencari-cari jalan untuk bisa keluar dan bangkit dari keterpurukannya.

Apakah kita memiliki kegelisahan yang sama, kawan? Kegelisahan atas carut-marut masalah yang melanda negeri ini.  Daripada kita terus mencari-cari pihak untuk disalahkan, lebih baik kita mulai perbaikan negeri ini, dari diri kita sendiri.Kegelisahan yang Tuhan anugerahkan pada kita adalah kegelisahan yang harus dibayar lunas. Apalagi bagi kita yang akan menjadi pemimpin masa depan, sudah seharusnya kita mampu menjawab kegelisahan hati kita sendiri dengan tindakan nyata. Sekecil apa pun.

Bukankah Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu merubah keadaan dirinya sendiri?Maka, mulailah dari sekarang, seremeh apapun hal baik yang kita biasakan, percayalah bahwa hal itu akan memberi dampak berarti dikemudian hari.

Selamat menjalankan agenda besar kita untuk negeri ini. Tulisan singkat ini tak ada artinya untuk mereka yang tidak peduli akan masa depan bangsa ini. Atau bahkan mereka hanya tertawa membaca tulisan ini. Sama halnya seperti warga dunia yang terus menertawakan bangsa Indonesia karena keluguan kita atas isu-isu tak berarti yang senantiasa diangkat media.

Tapi kita harus percaya bahwa Sang Garuda akan terus mengudara ditengah kencangnya terpaan arus globalisasi. Berkat dukungan kita semua. Mari ambil bagian dalam mengisi kemerdekaan negeri ini! Kobarkan semangat pemuda untuk satukan tekad, samakan niat, bergerak cepat, membangun yang tepat!

Salam pemuda Indonesia!

[caption id="attachment_331733" align="aligncenter" width="150" caption="Siswa SMP Nurul Fajar saat memperingati hari sumpah pemuda hari ini (28/10)"][/caption]

Berbagi semangat dan makna Sumpah Pemuda di SMP Nurul Fajar, Desa Carangpulang, Bogor. Ini aksi nyata kami hari ini. Kamu?

Mogi Bian Darmawan

@ohmogi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun