Mohon tunggu...
Ohib Jr
Ohib Jr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar di perguruan tinggi Insitut Agama Islam Syarifuddin

Suka diskusi dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hiruk Pikuk Perjalanan Empat Pemuda Saat Mendaki Gunung Lamongan 1676 MDPL

29 Desember 2022   03:31 Diperbarui: 29 Desember 2022   03:45 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sekelompok empat pemuda yang berasal dari Des. Jatiroto kecamatan, Jatiroto. Merencanakan akan mendaki ke gunung Lemongan yang tingginya mencapai 1676 MDPL, yang mana gunung tersebut berpusat di daerah kec, Klakah. Kab, Lumajang.
Namun dari ke-empat pemuda tersebut hanya satu yang berpengalaman yang pernah mendaki di gunung tersebut. Sedangkan sisanya masih belum pernah merasakan sama sekali dalam hal pendakian.

   Tepatnya pada tanggal 7 Maret 2016 yang lalu, ke-empat pemuda tersebut memulai pendakiannya ke gunung Lemongan. Diantara-Nya adalah. Shohibuddin, Muhammad Faisol, Ahmad Wasil dan Vicky Dwi Andika.
   Ke-empat pemuda itu melewati jalur pendakian dari arah Mbah Citro atau orang-orang kebanyakan memanggil dengan sebutan Gunung Puji, dimana pada saat itu cuaca kurang mendukung, sehingga membuat gunung Lemongan tersembunyi dibalik tebalnya awan hitam.
   Tetapi dengan rasa tekad dan keyakinannya, ke-empat pemuda itu tetap melanjutkan pendakiannya demi mewujudkan mimpinya yang ingin merasakan nikmatnya diatas gunung Lemongan 1676 MDPL tersebut.
   Sekitar jam 18:00 WIB ke-empat pemuda itu telah sampai di pos utama, mereka berempat pun langsung mendaftarkan diri kepada panitia yang telah siap siaga di pos utama Tersebut, namun anehnya buku daftar terlihat kosong dan tak ada Satu pun pendaki lain yang singgah disana, dan hanya pemuda berempat itulah satu-satunya pendaki yang akan menaklukkan gunung Lemongan pada saat itu.
   Mereka berempat pun dibuat keheranan namun mereka tetap berfikir positif semoga tidak terjadi apa-apa nanti saat pendakian dimulai.
   Selang beberapa waktu kemudian sekitar jam 20:00 WIB, ke-empat pemuda tersebut bergegas memulai pendakian.
   Langkah demi langkah telah mereka lalui, bunyian jangkrik kini menghiasi perjalanan mereka menuju pos dua (Watu gede), sekitar kurang lebih 4 km dari pos utama, ke-empat pemuda tersebut dihadapi dengan rintangan jalan yang terbelah dua, merekapun kebingungan mau memilih jalan mana yang harus mereka lalui.
   Muhammad Faisol yang menjadi pemimpin/penunjuk arah (Leader) sekaligus dialah orang yang berpengalaman dalam hal pendakian, lebih memilih jalur kiri karena menurutnya itu jalan yang benar, lantas yang lainnya mengikuti keputusan yang diambil olehnya.
   Sekitar kurang lebih 1 km, dari rintangan jalan tadi, mereka dibuat bingung karena tidak ada jalan lagi yang harus mereka lalui, perasaan takut dan cemas pun mulai tumbuh dengan sendirinya.
   "Ini bagaimana kawan, kita sudah salah jalan, kita sudah tersesat, jalan ini buntu dan tidak mungkin kita kembali ke jalan awal tadi karena kabut ini makin lama makin tebal" ujar Muhammad Faisol dengan nada cemas.
   Cuaca masih belum stabil dan awan hitam pun makin tebal menyelimuti indahannya gunung Lemongan, sedangkan kabut tebal mulai turun menghalangi pandangan mata mereka.
   Ke-empat pemuda itu hanya bisa pasrah dan memohon pertolongan pada Tuhan menurut keyakinannya mereka masing-masing, mereka berusaha sekuat tenaga berteriak meminta pertolongan, mungkin masih ada orang yang mendengar teriakan mereka, namun faktanya itu semua terasa sia-sia, karena pada saat itu hanya mereka berempat lah yang mendaki di gunung tersebut.
   Jam sudah menunjukkan pukul 23:00 WIB, sementara ke-empat pemuda tersebut masih belum bisa melihat wujud dari gunung Lemongan, akibat tebalnya awan hitam yang membuat mereka kesulitan untuk menemukan jalan yang benar menuju arah puncak, mereka terus memohon dan memohon agar Tuhan Sudi membantunya serta memberikan petunjuk agar bisa menuju jalur yang banar.
Waktu kian berlalu penyesalan kini mulai tumbuh dalam benaknya, mereka sadar karena sebelum mendaki mereka semua menyalahi aturan dalam pendakian dan tak memperdulikan arahan yang disampaikan oleh penjaga pos utama itu, mereka sempat membuang air kecil sembarangan, membuang sampah sembarang, serta berkata-kata kotor dan jorok di sepanjang perjalanan, dan sekarang mereka hanya bisa pasrah dan menyesal atas apa yang telah mereka semua lakukan pada saat diperjalanan menuju arah puncak.
"Makanya kita lain kali kalau mendaki gunung harus menjaga tatak Rama kita, karena kita disini pendatang dan masuk diwilayahnya mereka (makhluk gaib)." Ujar Faisol dengan nada cemas.

   Tak lama kemudian tiba-tiba muncul sesosok tubuh yang sangat terang, muncul secara tiba-tiba tepat di hadapan mereka berempat, mereka pun dibuat kaget dan ingin melarikan diri namun fisik yang kurang stabil membuat raga mereka lemas dan hanya bisa pasrah.
Sesosok cahaya itu tiba-tiba berjalan dengan sangat pelan seakan-akan memberikan sebuah isyarat kepada mereka untuk mengikuti langkahnya, salah satu dari mereka Muhammad Faisol mencoba memberanikan diri untuk ikut sosok itu dan diikuti oleh ketiga temennya, tiba-tiba aja hal keajaiban pun terjadi.
Ketika sosok itu lenyap dari pandangan mereka kurang lebih sekitar 100 meter, wujud dari gunung Lemongan terlihat jelas, yang awalnya wujud gunung tersebut masih diselimuti oleh awan hitam namun ketika sosok putih itu lenyap tiba-tiba aja terang dan jelas dan kini bintang-bintang sudah mulai menampakkan keindahannya.
Ke-empat pemuda tersebut merasa senang, dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah mendengarkan doanya.
Ke-empat pemuda itu langsung berpelukan seperti halnya Teletubbies waktu mau berpisah dengan kawan-kawannya, serta melakukan rasa syukur atas pertolongan yang diberikan oleh tuhan kepadanya dengan tanda sujud sukur yang dilakukan oleh mereka semua.

Baca juga: Kehidupan

   Kini perjalanan menuju pos dua (Watu gede), sangatlah mulus dan lancar tanpa ada rintangan yang menghadang mereka semua, hanya saja mereka semua harus membuat jalur sendiri agar bisa sampai ke pos dua.
   
    Sekitar jam 00:00 WIB, ke-empat pemuda itu telah sampai di pos dua, meskipun terlihat lelah namun itu semua tidak mengurungkan niat mereka untuk sampai di puncak gunung Lemongan tersebut.
Mereka semua beristirahat terlebih dulu untuk mengisi tenaganya agar pulih kembali akibat ketersesatan yang menimpanya, mereka semua beristirahat sekitar kurang lebih 1 jam di pos dua (Watu gede).

Jam menunjukkan pukul 01:00 WIB, mereka berempat bergegas untuk memulai pendakian menuju puncak (Sami Etek), target yang mereka rencanakan untuk sampai kepuncak gunung Lemongan sebelum matahari terbit, sekitar jam 04:00 WIB dini hari.

   Perjalanan yang sangat indah dihiasi dengan bintang-bintang dan terangnya cahaya bulan, membuat ingatan akan kejadian yang barusan mereka alami bersama seakan-akan lenyap dengan sendirinya.
   Sesampainya di Cendi (sumber mata air) mereka bergegas mengisi air karna air yang mereka bawa sudah tidak memungkinkan sampai ke puncak, sumber mata air yang ada di dalam Cendi itu terisi penuh, dikarenakan hanya mereka berempat lah satu-satunya yang mendaki di gunung tersebut saat itu.
   Jam sudah menunjukkan pukul 03:00 puncak dari gunung Lemongan pun masih belum terlihat sehingga salah satu dari mereka (Ahmad Wasil) sudah terlihat lelah dan cengengesan, sehingga membuat mereka semua merasa khawatir dan menyuruhnya beristirahat terlebih dulu agar tenaganya bisa pulih kembali.
   Setelah 15 menit berlalu mereka semua melanjutkan perjalanan, agar harapan mereka sampai puncak tercapai dengan selamat.
   Sekitar jam kurang lebih 04:00, mereka semua telah sampai di puncak gunung Lemongan 1676 MDPL, dan itu sebuah impian yang selama ini mereka impikan, walau ada sedikit rintangan yang harus mereka tempuh untuk bisa menaklukkan gunung tersebut, itu tidak akan menjadi hambatan bagi mereka untuk terus bangkit dan tetap semangat, karena suatu keberhasilan itu dicapai dengan adanya kerja sama yang solid.
   "Kawan, saya mau tidur dimana ini kawan" ujar Wasil dengan nada letih dan gembira.
   "Cari sendiri tempat tidurmu wong disini luas koc dan hanya kita yang mendaki disini" sahut Faisol dengan nada lesu.
   Sambil menunggu datangnya matahari dari arah timur mereka membuat api unggun dari sampah-sampah yang bergelimpangan di puncak gunung tersebut, guna untuk menghangatkan tubuh mereka karena waktu itu cuaca sangat dingin akibat musim hujan.
   Setelah api unggun sudah mulai redup mereka beristirahat sambil membaringkan tubuhnya dan menunggu terbitnya matahari yang menjadi niatan pertama dari awal perjalanan mereka menuju puncak, Karena hal itulah tujuan mereka sebenarnya menikmati indahnya sunset yang jarang diketahui oleh banyak orang.
Waktu kian berlalu sang Surya berlahan menampakkan jati dirinya.
Ke-empat pemuda tersebut sangat bahagia karena tujuan untuk menikmati keindahan sang Surya telah tercapai dan hal itu tidak membuat mereka merasa kapok atas apa yang menimpa mereka tadi malam, mereka memiliki niatan akan datang kembali suatu saat nanti untuk mengulangi kembali rasa-rasa kebahagiaannya ketika berada diatas puncak gunung tersebut.
Dari salah satu temen mereka terlihat termenung saat yang lainnya sedang asyik menikmati keindahan sang Surya dari atas puncak gunung Lemongan 1676 MDPL. Dia mulai merenungi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya sebelum pendakian dan akibatnya mereka semua tersesat dalam kegelapan. Dia mulai merasa kalau dia dan teman-temannya memang salah, karena mereka sedang masuk diwilayah makhluk lain, sehingga menjaga tatak Rama itu penting yang harus mereka jaga Selama berada di gunung maupun di alam bebas, jangan pernah berkata-kata yang jorok dan jangan membuang sampah sembarang jaga etika dan perilaku itu sangatlah penting, karena hukum alam itu masih tetap berlaku.
Mungkin banyak para pendaki terdahulu yang sama melakukan apa yang telah mereka berempat lakukan.
Karena biar bagaimanapun mereka juga pernah jadi pendaki pemula. Tapi pada dasarnya mereka terus belajar bagaimana hakekatnya menjadi seorang pendaki yang nggak cuma bisa menikmati tapi juga menjaga alam sekitar.
Kalau kalian nanti memiliki niat untuk menjadi seorang pendaki jangan pernah buang sampah sembarangan dan jagalah etika, jangan sampai apa yang telah mereka berempat alami tidak dialami juga oleh kalian semua.
Dan bawalah sampah tersebut untuk dibawa turun kembali. Karena kalau bukan Kamu yang membawa, siapa lagi?

Baca juga: Adinda

Penulis : Ohib Jr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun