Nama : Ohahauni Buulolo
Latar Belakang Paulus
    Dari Surat Yang Ditulisnya, Paulus Memperkenalkan Dirinya Sebagai asli Orang Yahudi (Rom 11,1; 2 Kor 11,22; Flp 3,5. Keturunan dari Suku Benyamin dan Berasal Dari Tarsus (Kis 9:11, 30; 11:25; 21:39; 22:3) serta Berkewarganegaraan Roma. (Kis. 22, 23, 26, 28). Paulus Mengaku bahwa dia "Dididik Dengan Teliti Di Bawah Pimpinan Gamaliel", Sehingga dia Menjadi Seorang Yang Giat Bekerja Bagi Allah. (Kis 22,3). Di Tempat Lain Paulus Mengakui Bahwa dia adalah Seorang Farisi garis keras (Kis 26,5) sehingga menjadikan Paulus seorang yang intololeran dan menganiaya paguyuban-paguyuban Kristen (Flp 3,5-6).
    Dalam perjalanan Paulus menuju ke Damsyik (Kis 9,1-9; 22,1-16; 26,12-23). Di sana, Paulus yang sangat benci dan menganiaya paguyuban-paguyuban Kristen (Flp 3,6) berjumpa dengan Yesus yang dianiaya itu (Kis 9,5; 22,8; 26,15). Kisah perjumpaan Paulus Bersama dengan Tuhan Yesus ini adalah suatu pengalaman yang sangat penting bagi Paulus yang membawanya menuju "pertobatan". Pertobatan yang dialami oleh Paulus begitu radikal dan tiba-tiba dalam ke-hidupannya. Paulus memang mengakui bahwa peristiwa pertobatannya adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan oleh manusia, hal ini semuanya ada di dalam rencana ilahi (Rm 1,5; 1Kor 15,9-10; Gal 1,15).
    Paulus yang dahulu menjadi penjahat bagi ke-kristenan sekarang menjadi pengikut setia Kristus. Paulus menjadi seorang yang misioner dalam pemberitaan Injil Kristus yang luar biasa. Demikianlah, orang yang tadinya berusaha menangkap para pengikut Kristus, akhirnya ma-lah "ditangkap oleh Kristus Yesus" (Flp 3,12) (Drane, 2016, p. 132). Jadi dari Tindakan Paulus ini, Allah menangkapnya dan menjadikan dia seorang yang percaya kepada Kristus dan dipakai oleh Tuhan sebagai pengabaran Injil di seluruh dunia.
Metode Penulisan
    Berdasarkan judul yang dibahas oleh penulis dalam Paper ini, maka metode penelitian yang penulis gunakan adalah bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih menonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Metode penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dan lebih menekankan hasil (data dibalik yang teramati).[1] Selain itu juga, dalam melengkapi data secara akademis, penulis menggunakan buku-buku diperpustakaan sebagai bahan literatur dalam menghasilkan hasil dalam penulisan Paper ini.
 Metode Penginjilan Paulus
    Konsep Paulus terhadap dunia penginjilan sangat luas, menjangkau jiwa disetiap suku, kaum, bangsa dan bahasa, menurut pengetahuan Paulus terhadap dunia yang dikenal olehnya. Paulus melihat bahwa misi bersifat universal, dalam pengertian bahwa seluruh dunia yang didiami harus di-jangkau dengan Injil. Paulus yang misioner dalam pelayanan menggemanya (tahun 48 M), karena sebelumnya jangkauan misi kepada bangsa-bangsa Yahudi terbatas sampai ke Siria dan Kilkia (bnd. Gal. 1:21; jemaat di Roma, berasal dari awal tahun 40-an dari abad pertama Masehi, dimulai sebagai sebuah jemaat Kristen Yahudi. Ia adalah perintis pekabaran Injil, utusan Kristus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia pindah ke tempat-tempat lain karena ia mempunyai ambisi memberitakan injil bukan di tempat Dimana Kristus dikenal (Rm. 15:20).
    Menurut Junior Natan Silalahi dalam Jurnalnya "Paulus Sang Entreprenuer" mengatakan, usaha misi Paulus dilakukan dengan cara berkhotbah dari satu tempat ke tempat lain, sebab itu ia disebut sebagai pengkhotbah keliling.[2] Namun di beberapa tempat ia tinggal untuk waktu yang lebih lama (sekitar satu setengah tahun di Korintus, dua sampai tiga tahun di Efesus). Paulus terlibat dalam "Zentrumsmission", artinya, misi di pusat-pusat strategis tertentu.[3] Artinya Paulus sering menyebut bahwa misinya ditujukan ke berbagai negara dan wilayah geografis (Gal. 1:17, 21; Rm. 15:19, 23, 26, 28; 2 Kor.10:16). Tentu saja pemilihan tempat-tempat ini merupakan suatu perencanaan yang matang. Paulus memusatkan misinya pada distrik atau ibu kota provinsi, yang masing-masing mewakili seluruh wilayahnya.
 Paulus Sebagai Tokoh Entrepreneur yang Berhasil