Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Teori Belajar Behaviorisme B.F. Skinner Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

24 Maret 2024   00:56 Diperbarui: 24 Maret 2024   01:06 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LATAR BELAKANG

       Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan salah satu hal yang sangat signifikan bagi peserta didik. Hal ini karena disamping perannya amat strategis dalam rangka meningkatkan kognitif, afekti, psikomotorik dan spiritualitas siswa, juga karena dalam pendidikan Agama Kristen terdapat berbagai masalah yang kompleks. Bagi mereka yang terjun ke dunia seorang guru Pendidikan Agama Kristen tentu harus memiliki wawasan dan keterampilan yang cukup untuk mengajar dan menjadi guru di PAK sehingga mampu untuk mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman.

       Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah untuk mengenal pribadi dan kasih Allah Tritunggal dan dapat mengajarkannya kepada jemaat. Menurut Amos Comenius, manusia harus diajar karena manusia telah diciptakan segambar dengan Allah. Jadi agar manusia tidak kehilangan kemuliaan Allah dan karena itu merampas kepunyaan Allah, maka semua orang harus diajar untuk tidak berbuat dosa, tidak berbuat salah dan tidak gagal pada panggilan yang tinggi yaitu "kemuliaan Allah."[1] Dalam penyelenggaraan Pendidikan Agama Kristen juga tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk membangun manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab (UUD No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS).[2]

       Secara Psikologi, pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen sangat penting dalam kerohanian anak, hal ini disebabkan karena manusia memiliki perkembangan psikologi, maka itu Pendidikan Agama Kristen berperan aktif dalam mendidik pribadi siswa, seperti yang dikatakan oleh Donni Juni Priansa, bahwa manusia adalah sebagai makhluk "homo educantum" atau disebut dengan makhluk yang membutuhkan Pendidikan. Manusia yang membutuhkan Pendidikan ini dipandang sebagai manusia memiliki potensi yang bersifat laten sehingga membutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya, sehingga dia menjadi manusia yang seutuhnya.[3]. Pendidikan agama Kristen sebagai pendidikan formal berusaha membantu murid untuk mengembangkan fisik, mental, spiritual serta membantu manusia agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial. Pendidikan agama Kristen merupakan proses untuk mengubah tingkahlaku dan sikap seseorang atau kelompok untuk mendewasakan manusia ke dalam rohani dengan cara pelatihan dan pengajaran yang berlandasan Alkitab. 

       Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan agama Kristen adalah untuk manifestasi karya Allah itu sendiri pada diri siswa Sehingga dalam mencapai tujuan pendidikan agama Kristen, seorang pelaku pendidik harus memahami bahwa mewujudkan tujuan Pendidikan agama Kristen sama pentingnya dengan mengimplementasikan karakter ilahi. Dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan agama Kristen, seorang pengajar harus mengusahakan agar dapat tercipta keseimbangan dalam bidang keilmuwan, sebab tujuan PAK penekanannya lebih pada pendidikan jasmani, rohani, intelektual dan pendidikan moral.

      Untuk itu dalam penulisan karya ilmiah ini penulis hendak melihat peranan metode behaviorisme (yang menekankan pada tingkah laku) terhadap tujuan Pendidikan agama Kristen. Dimana ketika keempat dimensi ini terwujud maka diharapkan tujuan PAK akan mampu membawa peserta didik kearah perilaku yang lebih baik dan takut akan Tuhan.

METODE PENULISAN

      Dalam penulisan karya ilmiah ini, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif model kedua (Tekstual). Penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam pencarian data, atau cara pengamatan (bentuk observasi) secara mendalam terhadap tema yang diteliti untuk menemukan jawaban sementara dari masalah yang ditemukan di awal sebelum penelitian ditindaklanjuti.

       Dengan kata lain Penulisan karya ilmiah ini, kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisi sumber data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan Penelitian kepustakaan. Dimana pendekatan kualitatif itu sendiri adalah pendekatan yang digunakan untuk mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alami.[4]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Behaviorisme B.F. Skinner dan pengertiannya

       Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih janjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia dan berkembang di Amerika Serikat hal ini merupakan kelajutan dari aliran spikologi fungsionalisme. Skinner adalah tokoh dalam kondisioning opera seperti halnya Thorndike, sedangkan Pavlov adalah tokoh dalam kondisioning klasik.[5] Pada tahun 1958, behaviorisme Skinnerian mendirikan Jurnal of experimental Analysis of Behaviorisme, hal ini bertujuan untuk merespon pada tuntutan-tuntutan tak tertulis dari jurnal-jurnal psikologi jalur utama untuk masalah analisis dan ukuran sampel subjek. Analisis didirikan sebagai sebuah saluran bagi riset modifikasi perilaku sebuah bidang terapan yang tumbuh dari psikologi Skinner. Pendekatan behavioris modern terhadap pembelajaran muncul dari karya-karya ilmiah Skinner dan pengikutnya, yang menekankan pentingnya anteseden dan konsekuensi dalam mengubah perilaku, fokus dari perspektif ini jelas terarah. Teori behaviorisme ialah pembelajaran menekankan perubahan pada perilaku, kecakapan dan kebiasaan pada perilaku. Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan pada perilaku yang disebabkan oleh pengalaman.

       Teori behaviorisme dalam pembelajaran dapat digunakan untuk melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kebiasaan yang dikuasai individu. Artinya suatu pembelajaran harus dapat melatih individu dengan menggunakan stimulus dan respon sehingga hasil dari belajar tersebut merupakan sesuatu yang dapat dikuasai oleh siswa. Teori belajar behaviorsime pada dasarnya digunakan untuk membantu suatu pembelajaran sehingga dari pembelajaran tersebut dapat membentuk perilaku murid yang baik dan diinginkan.

        Behaviorisme berasal dari bahasa inggris behavior yang berarti cara bertingkah laku atau tingkah laku. Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memusatkan perhatian dan studinya pada perilaku dan mempergunakannya sebagai dasar untuk membangun teori-teori tanpa mengacu kepada pengalaman dan kesadaran manusia. Prinsip kerjanya yang pokok adalah Rangsangan, stimuli, dan tanggapan, response.[6] Teorinya adalah perilaku dapat diukur berdasarkan rangsangan yang diberikan dan tanggapan yang dimunculkan. Menurut Skinner behaviorisme adalah: "Behavior is behavior of an individual Which Acheves its effect on the world through someone elses behavior." (perilaku individu yang mencapai pengaruhnya terhadap dunia melalui perilaku orang lain)[7]

Kehidupan B.F. Skinner

       Skinner memiliki nama lengkap Burrhus Frederic dan lahir pada 20 Maret 1904 di Susquehanna, Pennesylvania dia mengingat lingkungan masa kecilnya yang penuh kasih sayang dan stabil. Mengenyam Pendidikan disebuah SMA kecil yang sama dengan tempat persekolahan kedua orang tuanya: hanya ada tujuh siswa lainnya di dalam kelas kelulusan Skenner. Waktu kecil ia sangat tertarik untuk membuat benda: grobak, rakit, model pesawat, Meriam uap untuk menembak kentang dan menyumbat wortel di atas atap dan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membuat mesin yang dapat bergerak terus-menerus. Yang menarik pada Skenner, dia merefleksikan pengalaman-pengalaman awal hidupnya. Menurutnya hidup itu adalah hasil dari penguatan masa lalu.[8] Dia menyatakan bahwa hidupnya sama terencana dan teraturanya dengan sistemnya yang mendikte seluruh kehidupan manusia. 

       Ayahnya William Skinner adalah seorang pengacara dan politisi yang ternama, sementara ibunya Grace Mange Burrhus Skinner adalah ibu rumah tangga yang hanya merawat Skinner dan adiknya. Skinner tumbuh besar dalam sebuah rumah yang nyaman dan bahagia. Keluarga Skinner termasuk berstatus ekonomi kelas menengah ke atas. Mulai dari rumah itulah kedua orang tuanya mengajarkan nilai-nilai dari control diri, kejujuran dan kerja keras. Keluarga Skinner merupakan penganut Agama Kristen aliran Presbitarian, namun Skinner mulai kehilangan keyakinannya pada saat sekolah menengah atas, kemudian tidak pernah lagi mempraktekan kegiatan keagamaan tersebut.[9] Pada tahun 1921, Skinner tertarik untuk menjadi seorang penulis profesional. Ketika Skinner tamat dari sekolah menengah, keluarganya pindah ke Scranton, Pennsylvania. 

       Ketika Skinner masuk ke Perguruan Tinggi Hamilton, sebuah sekolah kesenian liberal di Cliton, New York. Setelah mendapatkan gelar sarjana muda di Inggris, Skinner menyadari ambisinya untuk menjadi seorang penulis yang kreatif. Burrhus menerima gelar BA-nya dalam bidang bahasa Inggris dari Hamillton College, Negara bagian New York. Pada tahun 1926, Saat itu Skinner memutuskan untuk menuntut ilmu ke Harvard dan mengikuti program graduate untuk psikologi yang sangat sulit untuk dipelajarinya di College. Skinner memperoleh gelar Ph.D nya pada tahun 1931, dan lima tahun setelah memperoleh gelar doktor, ia bekerja di laboratorium Crozier, milik Biology Exsperimental terkenal W.J. Crozier. Dimana selama tiga tahun diantaranya Skinner menjadi Junior Fellow, yaitu suatu jabatan yang sangat bergengsi di Harvard bagi seorang sarjana yang masih muda.

Metode behaviorisme B.F. Skinner

       Menurut Skinner Behaviorisme adalah: "Behavior is behavior of an individual Which Acheves its effect on the world through someone elses behavio[10] (Behavior adalah perilaku individu yang perilakunya dipengaruhi atas perilaku orang lain). Menurut Skinner Behavior adalah segala perilaku yang dasar melakukannya ialah dari stimulus yang diberikan oleh orang lain dan perilaku yang ditimbulkan karena pengaruh stimulus disebut respons.

       Behaviorisme Skinner diperuntukan bagi studi tentang respon. Skinner lebih peduli pada cara menggambarkan dari pada menjelaskan perilaku.[11] Artinya bahwa riset Skinner hanya berhubungan dengan perilaku yang dapat diobservasi, dengan demikian bisa di simpulkan bahwa Skinner tidak suka menggunakan teori spekulatif soal apa yang mungkin terjadi di dalam organisme seseorang. Teorinya tidak melibatkan presumsi mengenai entitas internal, apakah variabel-variabel antara, dorongan, atau pun proses-proses psikologi, mungkin terjadi proses stimulus dan respon bukanlah sebagai data objektif yang ditangani oleh para behaviorisme Skinnerian, hal karena kaum Skennerian lebih mengutamakan metode "empiris"

       Skinner mengatakan bahwa organisme manusia dikontrol dan dioperasikan oleh kekuatan-kekuatan di dalam lingkungan, dunia eksternal, dan bukan kekuatan-kekuatan di luar diri mereka.[12] Perhatikan, disini Skinner tidak mempertanyakan eksistensi internal secara fisiologis atas kondisi mental. Jadi yang disangkalnya adalah kegunaannya di dalam studi ilmiah perilaku. Berbeda dengan teori psikologi yang seangkatan dengannya, Skinner menggap tidak perlu banyak objek serta tidak membuat perbandingan statistic antara respon rata-rata dalam obejk kelompok. Metode Skinner ini sangat relevan sekali dalam pendidikan agama Kristen dalam membangun mental dan moral peserta didik, sebab hal ini tidak mengacu kepada teoritis dalam membentuk karakter murid, melainkan lebih melihat dan menggambarkan keadaan orang tersebut dalam lingkungan dan diri orang tersebut. Behaviorisme memandang bahwa ketika manusia dilahirkan didunia, manusia tidak memiliki bakat apapun dalam dirinya sehingga yang membuat perilakunya ialah lingkungannya dari apa yang dilihat didengar serta dirasakan akan menjadi perilakunya. Jadi jika lingkungan buruk maka buruk pula perilaku manusia tersebut dan begitupun sebaliknya.

Skinner Membedakan Beberapa Perilaku.

  • Perilaku yang alami (Innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai responden behavior yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas, perilaku yang bersifat refleksif.
  • Perilaku operan (operan behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus dari luar

       Menurut Skinner ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning opera, yaitu (1). Setiap respon yang diikuti oleh reward, ini bekerja sebagai reinforcement stimuli yang akan cenderung di ulangi. (2). Reward atau reinforcement stimuli akan meningkat kesepatan terjadinya respon. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa reward merupakan sesuatu yang meningkatkan probabilitas timbulnya respon.[13] Dalam kondisioning operan tekanan pada respon atau perilaku dan konsekuensinya. Dalam kondisioning operan organisme harus membuat respon sedemikian rupa untuk memperoleh reinforcement yang merupakan reinforcement stimuli. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku yang akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas.

       Tidak hanya itu, Skinner juga membedakan dua reinforcement yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Menurut Skinner, reinforcement positif artinya reinforcement apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons, sedangkan reinforcement negative yaitu sesuatu apabila ditiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan probabilitas respons. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa reinforcement negative itu sebenarnya adalah hukuman atau punishment, namun yang dimaksudkan punishment tersebut adalah 1). Menyingkirkan reinforcement positif dan 2). Mengenakan reinforcement negative.[14] Behavior adalah perilaku yang dilakukan berdasarkan dari stimulus yang di berikan oleh orang lain. Maka dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memfokuskan penelitiannya pada perilaku. 

       Menurut penulis metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan mahasiswa, misalnya percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga, manghafal, dan pembentukan sikap. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih murid yang memiliki fitrah yang masih labil sehingga masih membutuhkan dominansi peran dosen dalam pembinaan mereka, mereka harus dilatih untuk mengulangi goal mereka dalam studi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.

TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN.

       Pengajaran pendidikan agama Kristen berpusat kepada Alkitab. Alkitab adalah landasan iman Kristen dalam pembinaan moral perserta didik untuk menjadi gambar dan rupa Allah. Hasan Bahri dalam bukunya mengatakan bahwa pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membentuk seseorang untuk mengembangkan pandangan dan keterampilan hidup. Baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial[15] Pendidikan Agama Kristen adalah pengajaran tentang nilai-nilai kristiani yaitu kebenaran Firman Tuhan dari Alkitab, bagaimana penerapan pendidikan agama Kristen dalam keluarga Kristen yang dapat meningkatkan pendidikan atau pemahaman tentang iman kepercayaan anak agar anak dapat mengenal Tuhan dengan baik. Pendidikan agama Kristen sebagai persekutuan iman dengan pengajaran Alkitab sebagai pedoman utama. 

       Dalam kitab ulangan 6:7 di katakana bahwa haruslah mengajarkan berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabilah engkau duduk dirumahmu, apabilah engkau sedang dalam perjalan, apabilah engkau berbaring dan apabilah engkau bangun. Sehingga disini kita dapat mengambil makna bahwa seorang Pengajar hendak mengajarjan firman Tuhan kepada murid setiap saat. Demikian juga dalam Pendidikan formal (PAK), untuk menciptakan peserta didik yang berkompeten, maka seorang pengajar harus menyampaikan pengajarannya secara berulang-ulang kepada siswa, sebab hal ini setiap murid memiliki tingkat perbedaan pengetahuan, jika ditinjau dari sudut pandang kelemahan masing-masing tingkat kognitif seseorang. Disini seorang pengajar merupakan contoh utama kepada murid dalam pendidikan iman yang baik dan benar, seorang pengajar menjadi teladan dalam pertumbuhan iman para mahasiswa. Pengajar merupakan suatu persekutuan yang memiliki relasi dimana murid dan pengajar saling berinteraksi dalam Pendidikan. Guru dalam mengajar siswa tidak mudah namun guru harus setia, sabar, bijaksana dan melatih mahasiswa dalam keterbatasannya. Keberhasilan pendidikan agama Kristen dalam diri siswa adalah ketika nilai-nilai kristiani di tanamkan secara kontinyu.

PENERAPAN TEORI BEHAVIORISME B.F. SKINNER DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN 

       Tujuan pendidikan agama Kristen tidak bisa terlepas dari tujuan terciptanya manusia, dipahami bahwa ada tiga komponen dasar manusia yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen tersebut adalah Roh, merupakan aspek moral dalam diri manusia. Jiwa adalah merupakan aspek jiwa dalam diri manusia. Tubuh berkembang sesuai dengan dekrit Allah artinya apabila manusia itu mengkonsumsi nutrisi makanan yang cukup ia akan tumbun dan berkembang layaknya tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya. Sementara Roh dan jiwa berkembang untuk mengeksplor dirinya melalui proses Pendidikan formal. Ketiganya, merupakan kesatuan yang utuh dan bulat dan tak terpisahkan. Oleh karena itu tujuan Pendidikan agama Kristen tidak boleh mengabaikan salah satu unsur-unsur dasariah manusia agar masing-masing berkembang dan terjaga dengan baik.

       Untuk bisa membina ketiga komponen tersebut, maka perlu menggunakan metode yang tepat, menurut penulis metode Skinner adalah metode yang sangat tepat dalam membentuk kognitif, afektif, psikomotorik dan spiritualitas mahasiswa. Skinner berpendapat bahwa hubungan antara stimulus dengan respons yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan menimbulkan perubahan perilaku. Karena respons yang diberikan memiliki konsekuensi yang sama dari stimulus yang diberikan. Misalnya seseorang merubah perilaku buruk menjadi perilaku baik, setelah dia merubah perilakunya kemudian diikuti dengan konsekuensi yang disenanginya, maka orang itu melakukan perilaku baik tersebut berulang kali. Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan untuk merubah atau menguatkan perilaku disebut pengkondisian operan (Operant Conditioning).

       Dalam behaviorisme Skinner, pikiran sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan. Menurut Skinner, perkembangan adalah perilaku, oleh karena itu para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.[16] 

       Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa refleks dapat terbentuk apabila terdapat stimulus dan respon, stimulus adalah sesuatu tindakan yang didatangkan dari luar, untuk memicu suatu perilaku, dan respon adalah suatu perilaku atau tindakan yang dipicu oleh stimulus. Apabila dihubungkan dengan hukuman, stimulus merupakan pemberian hukuman kepada seseorang yang dapat menimbulkan respon atau tindakan, dan respon adalah tindakan yang dihasilkan dari pemberian hukuman tersebut, respon yang diharapkan adalah perubahan perilaku berhenti dari perbuatan yang salah.

       Apabila hukuman dimaknai seperti penjelasan Skinner diatas seperti "Jika seorang tidak berperilaku sebagaimana keinginan anda, jatuhkan saja dia, atau jika warga dari sebuah negara berperilaku salah, binasakan saja mereka" maka dapat dipastikan hukuman tidak akan digunakan dalam sistem Pendidikan. Maka dari itu dalam pendidikan ada tahap-tahap dalam pemberian hukuman, dari mulai ringan, sedang, hingga berat. Misalnya penerapan hukuman ringan, sedang, dan berat dalam pendidikan adalah ketika seorang sisswa melakukan pelanggaran seperti bolos ketika pelajaran, maka pemberian peringatan adalah bentuk hukuman ringan, sedangkan bentuk hukuman sedang adalah skors, dan ketika setelah dilakukan tahap kedua tetapi murid tersebut masih mengulangi pelanggarannya, maka dilaksanakanlah bentuk hukuman berat seperti mengeluarkan siswa dari sekolah tersebut.

       Sebenarnya Skinner sendiri tidak setuju dalam pembentukan tingkah laku menggunakan hukuman (punishment), karena Skinner lebih percaya bahwa penguatan negatif lebih baik dalam membentuk tingkah laku. Karena hukuman cenderung memiliki kesan kasar dalam penerapannya. Perbedaan penguatan negatif dengan hukuman adalah pada fungsinya adalah jika penguatan negatif itu berfungsi menguatkan perilaku dengan cara negatif, sedangkan hukuman berfungsi mengurangi atau melemahkan perilaku tertentu dengan cara memberikan kemalangan, namun jika terpaksa hukuman itu dilakukan, maka sebaiknya hukuman itu bersifat edukatif, artinya hukuman yang diberikan itu bersifat proporsional, tidak berlebih-lebihan, atau tidak keluar dari bentuk kesalahan yang dilakukan anak, serta memberikan dampak positif kepada anak untuk meninggalkan kebiasaan buruknya dan mengganti dengan kebiasaan yang baik.

       Melihat dari penjelasan di atas, maka ini sangat cocok sekali dalam mendisplinkan siswa/murid di bangku pendidikan. Melihat murid saat ini yang sangat kurang antuasias terhadap pembelajaran dan ketidak disiplinnya dalam studi dan pelayanan, merode behaviorisme B.F. Skinner ini sangat bisa di terapkan. Pendisplinan murid adalah sebagai komitmen Pendidikan dalam membentuk dan menyiapkan murid-murid yang berkompeten dan berkualitas sehingga siap terpakai dan bersaing di dunia global.

KESIMPULAN

       Dari pembahasan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa teori behaviorisme ialah pembelajaran menekankan perubahan pada perilaku, kecakapan dan kebiasaan pada perilaku seseorang. Dengan kata lain, suatu pembelajaran harus dapat melatih individu murid dengan menggunakan stimulus dan respon sehingga hasil dari belajar tersebut merupakan sesuatu yang dapat dikuasai oleh siswa tersebut. Teori belajar behaviorsime pada dasarnya digunakan untuk membantu suatu pembelajaran sehingga dari pembelajaran tersebut dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan diinginkan sekolah dan gereja sebab teori behavioris Skinner ini menggunakan dua pendekatan yaitu setiap respon diikuti oleh reward dan setiap respon dalam kondisioning operan ada konsekuensinya.

       Menurut Skinner, reinforcement positif artinya reinforcement apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons, sedangkan reinforcement negative yaitu sesuatu apabila ditiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan probabilitas respons. Jadi menurut Skinner bahwa untuk mendidik siswa bisa melalui reward dalam mensuport peserta didik dan bisa melalui punishment/hukuman. Metode Skinner ini sangat relevan sekali untuk diterapkan dalam pendidikan agama Kristen di sekolah-sekolah Kristen dalam membentuk mental dan moral murid, sebab hal ini tidak mengacu kepada teoritis dalam membentuk karakter siswa, melainkan lebih melihat dan menggambarkan keadaan orang tersebut dalam lingkungan dimana dia berada.

 

DAFTAR PUSTAKA

B.F Skinner,

 

1957                        Verbal Behavior (Massachusetts:B. F. Skinner Foundation Reprint Series)

 

Bimo Walgito,

 

1980                       Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi)

 

Desmita,

 

2005                       Psikologi Perkembangan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

 

Duane P Schultz & Sydney Ellen Schultz,

 

2019                       Sejarah Spikologi Modern (Bandung: Nusa Media)

 

Donni Juni Priansa,

 

2017                       Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran, (Bandung: Pustaka Setia)

 

Duane P Schultz & Sydney Ellen Schultz,

 

2021                       Setelah Pendirian Behaviorisme, (Bandung:Nusa Media)

 

Hasan Bahri,

 

2009                       Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia)

 

J. Feist dan Greggory J.F.

 

2009                       Teori Kepribadian Terj Smita Prathita Sjahputri (Jakarta: Salemba Humanika)

 

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almansur,

 

2012                       Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media)

 

Mangunhardjana,

 

1997                       Isme-isme dalam etika dari A sampai Z (Yogyakarta: Kanisius)

 

Robert R. Boehlke

 

2022                       Sejarah Perkembangan Pikiran & Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia).

 

Junihot M. Simanjuntuk,

 

2023                       Desain Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun