Mohon tunggu...
Ogy Triwan
Ogy Triwan Mohon Tunggu... -

Pelaku usaha dan Aktivis yg pro pluralisme dan rakyat miskin.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekhawatiran Menteri Susi yang Kurang Beralasan

11 Juni 2017   16:19 Diperbarui: 11 Juni 2017   16:30 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KKP khawatir ikan habis dan khawatir persoalan perikanan dibawa ke ranah politik. Haiyaa...

Saat ini dikalangan para nelayan sedang ramai membicarakan PERMEN KP tentang larangan alat tangkap cantrang yang  kemungkinan akan dibawa ke Senayan agar DPR menolak PERMEN Kelautan dan Perikanan No 2/2015 tentang Pelarangan Penggunaan Alat Tangkap Ikan Trawl dan Sein Nets termasuk cantrang.

"Kalau (laut) digaruk terus (menggunakan cantrang) ya habis. Kenapa kapal asing tidak boleh beroperasi? Ya karena jaringnya saja ratusan kilometer. Jaring cantrang kapal di Pantura Pulau Jawa 6 kilometer saja sweeping-nya 280 hektare," ujar Susi bulan April yll di Bali.

Secara siklus ekosistim laut, ikan yang tidak dapat kita manfaatkan akan dimakan oleh predator lainnya di laut. Yang perlu adalah pembatasan jumlah kapal tangkap ikan dan modifikasi alat tangkap.

Pernyataan menteri diatas seakan akan selama ini pemerintah mengizinkan kapal ikan asing beroperasi.Perlu dikoreksi bahwa sebelum dia jadi menteripun kapal- kapal penangkap ikan asing dilarang beroperasi di perairan Indonesia termasuk di ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia). Pernyataan semacam ini dapat menyesatkan masyarakat.

Kapal2 asing tanpa izin alias bodong sering memasuki perairan kita atau ke ZEEI untuk mencuri ikan. Keamanan laut kita dalam hal ini PSDKP, POLAIR, Angkatan laut sering menangkap kapal2 semacam itu. Kapal2 mereka ditangkap, diadili lalu ada yang didenda , disita dan ada yang ditenggelamkan. Itu sejak dulu, bukan sejak Susi jadi menteri.

Sayangnya selama ini kapal2 berbendera Indonesia yang menggunakan kapal bekas yang dibeli dari Luar Negeri dicurigai milik asing sehingga pengoperasiannya hingga kini dilarang. Pemeriksaan kapal2 tangkap yang diperiksa oleh SATGAS melalui ANEV (Analisa dan Evaluasi) bisa dikatakan sia-sia. Kenapa begitu? Untuk apa diperiksa kalau akhirnya semua kapal dilarang beroperasi.

Dari hasil ANEV tadi kapal2 yang masuk daftar Black List maupun White List sama2 dilarang beroperasi kembali. Kapal2 itu kena larangan tidak boleh beroperasi karena buatan ex luar negeri. Aneh memang. Yang kena daftar hitam tidak dapat dibuktikan kesalahannya dan dibiarkan kasus mengambang. Sedangkan yang terkena daftar putih statusnya hingga kini tanpa solusi dari KKP.Padahal mereka memesan dan membeli kapal2 tsb adalah resmi dan memiliki rekomendasi dari Instansi Pemerintah terkait yaitu Dephub dan DKP (waktu itu menggunakan kata departemen). Kenapa kapal penangkap ikan tidak buatan dalam negeri? Karena kita belum mampu membuat kapal berukuran besar sesuai dengan kriteria yang diinginkan. KKP memesan kapal2 kecil untuk para nelayan saja hasilnya amburadul sampai BPK memberikan Disclaimer

KKP sering menyalahkan para nelayan dan para pelaku usaha perikanan. Harusnya dikaji terlebih dahulu kemudian terbitkan kebijakan melalui PERMEN KP.

Penggunaan alat tangkap cantrang dan pukat ikan harusnya tidak usah dilarang, karena pemerintah yll telah memberikan izinnya tetapi kedepannya tidak usah diterbitkan lagi izin seperti itu. Untuk kedepannya juga bisa disyaratkan untuk mengubah ukuran mata jaring sebagai contoh dari 5 cm menjadi 10 cm sehingga ikan2 kecil tidak ikut tertangkap, tali penariknya diperpendek sehingga alat tangkapnya tidak sampai dasar laut, dilarang menggunakan pemberat dll. Bukan meniadakan yang sudah ada.

Sebagai ilustrasi saja, bahwa yang namanya alat berat untuk pembangunan sebuah proyek jalan raya dibutuhkan kendaraan pengeruk, pendorong, perata jalan. Semua memiliki fungsi dan karakteristik masing2 dan tidak mungkin dipertukarkan fungsinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun