Tentu itu harapan dari pembuat mobil Proton. Harapan yang baik dan semoga dapat tercapai. Namun tulisan ini tidak membahas harapan itu, tapi menyambung tulisan saya di sebuah milis. Tulisan tentang Jokowi dan Rajawali. Kenapakah mengharap orang lain mempunya mata rajawali, mata yang sangat tajam melihat sekitarnya, sedangkan tidak pada diri sendiri? Apalagi mata (hati) sendiri jangan-jangan seperti ular kobra.
Saya melihat ini tipikal sekali orang Indonesia. Saya sempat berdebat soal backdrop 'national car' dengan rekan di Facebook. Sungguh aneh, apalagi rekan tersebut wartawan, hanya bermodal backdrop yang sangat remang-remang bisa menjadi spekulasi sangat liar. Backdrop adalah backdrop, apa yang bisa jelas dari situ? Kecuali sudah keluar PP, Perpres, Inpres, Permen, dst, dan terlihat dampaknya secara nyata, barulah kita bisa berkomentar.
Sekarang, mobil nasional itu bagaimana bentuknya? Apakah Mereknya? Komponennya? Pabriknya? Coba jelaskan kepada saya. Apakah mobil-mobil yang berjuta-juta mengaspal di negara ini, dengan kandungan lokal tinggi hingga di ekspor ke luar negeri bukan mobil nasional? Coba lihat kandungan lokal mobil-mobil berikut: Xenia 85%, Avanza 85%, Innova 71%, Mobilio 86%, LCGC minimal 80%, dst. Kenapa tidak membaca terang-terang bukan remang-remang PP tentang LCGC? Bila ingin membuat mobil nasional, aturan itu sudah ada, tinggal ikuti saja. Esemka mau buat mobil nasional, ajukan saja sesuai syarat-syarat LCGC. Merek di LCGC sudah diatur agar nasional, misal Agya, Ayla, tapi supaya komersil tetap saja ditambahkan Toyota dan Daihatsu.
Sungguhlah konyol, bila mobil nasional adalah mobil yang disubsidi oleh pemerintah untuk dijual sebagai kebanggaan nasional. Kebanggaan memakan uang rakyat? Inilah yang menghabiskan energi kita sebagai bangsa: nyinyirisme. Malaysia dicela-cela, tapi jutaan TKI kita bekerja di sana. Coba, apa salahnya Proton sehingga nasibnya berbeda dengan misalnya Mitsubishi? Secara obyektif, pemerintah Jokowi baru bisa dinilai minimal 2 tahun, sebelum itu tercapai sebaiknya kita berprasangka baik saja. Kalau mau menilai, kenapa tidak LCGC yang sudah setahun lebih berjalan, daripada backdrop 'national car' yg remang-remang dan baru mau akan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H